London (ANTARA News) - Harga minyak jatuh pada Kamis, mencerminkan arah pasar saham dan harga emas, sehari setelah Ketua Federal Reserve Ben Bernanke mengisyaratkan bahwa bank sentral AS akan mengurangi program stimulusnya tahun ini.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus merosot 3,25 dolar AS menjadi berdiri di 102,81 dolar AS per barel pada akhir transaksi di London, lapor AFP.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Juli, turun 2,82 dolar AS menjadi 95,42 dolar AS per barel.

"Harga minyak tak terelakkan gagal menghindari iklim saat ini dan telah berada di bawah tekanan kuat menyusul pernyataan yang dibuat oleh Ketua The Fed (Ben) Bernanke," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

"Data ekonomi yang buruk dari China juga memainkan peran mereka," tambahnya.

Menjelang pertemuan komite kebijakan Fed pada Rabu, pasar telah penuh dengan spekulasi tentang kapan Fed akan mulai mengurangi program pembelian obligasinya 85 miliar dolar AS per bulan.

Sementara Fed memutuskan untuk mempertahankan program untuk saat ini, Bernanke mengatakan akan menjadi "tepat untuk mengurangi laju pembelian bulanan akhir tahun ini" jika data ekonomi datang sesuai perkiraan.

Dia juga mengatakan bahwa program tersebut bisa berakhir sepenuhnya pada pertengahan 2014.

"Komentar Bernanke telah menyebabkan segala sesuatu mulai dari ekuitas hingga komoditas mundur kembali," Kelly Teoh, ahli strategi pasar di IG Markets di Singapura mengatakan kepada AFP.

"Ada juga konsensus umum bahwa pertumbuhan global sedang melambat, dan juga membebani harga."

Di tempat lain, data awal pada manufaktur China dari HSBC Bank pada Kamis menunjukkan aktivitas kontraksi lagi pada Juni dan berada di titik terendah sembilan bulan.

Dan pada Rabu, data resmi menunjukkan penumpukan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS, menegaskan melemahnya permintaan.

Penurunan harga minyak telah menghapus keuntungan minggu lalu, yang dipicu oleh ketakutan perang saudara di Suriah bisa meningkat dan mendorong Timur Tengah yang kaya minyak mentah ke dalam konflik yang lebih luas.

"Kekhawatiran tentang Suriah masih ada, tetapi pada saat orang-orang sedang menjual dan lebih memilih untuk mempertahankan uang tunai mereka," kata Teoh. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013