Ankara (ANTARA) - Minum teh khas Turki sembari menyantap simit alias bagel bertabur biji wijen menjadi sebuah tradisi dalam budaya Turki. Namun, duo makanan populer tersebut yang harganya naik dua kali lipat dalam setahun terakhir, menjadi dampak buruk dari inflasi mengejutkan bagi masyarakat umum di negara itu.

"Semua harga meroket: Satu cangkir teh kini harganya 10 lira (10 lira = Rp5.475), dan satu simit juga seharga 10 lira. Semua orang mengeluhkan situasi ini," kata Huseyin Pence (84), seorang pensiunan dari Dikmen, distrik berpenghasilan rendah di Ankara, ibu kota Turki, kepada Xinhua.

Bank sentral Turki pada Kamis (2/11) menaikkan proyeksi inflasi untuk tahun ini dan 2024, yang masing-masing menjadi 65 dan 36 persen atau naik dari sebelumnya 58 dan 33 persen.

Harga pangan di Turki meningkat sebesar 76 persen secara nominal sejak tahun lalu, menempati peringkat keempat dalam daftar inflasi harga pangan Bank Dunia. Proyeksi resmi memperkirakan bahwa harga konsumen akan mencapai puncaknya pada 2024 mendatang.

Sejumlah orang berbelanja sayur-mayur di salah satu pasar lokal di Ankara, Turki, pada 3 November 2023. (Xinhua/Mustafa Kaya)

Generasi muda juga merasakan dampak dari tingginya harga-harga barang.

Irem Eroglu (21), seorang mahasiswa jurusan pemrograman komputer, mengatakan bahwa dirinya tidak dapat memenuhi kebutuhannya hanya dengan uang saku yang dia terima dari orang tuanya.

"Saya menerima 100 lira seminggu, tetapi sekarang jumlah yang sama tidak cukup untuk menutupi pengeluaran saya," keluhnya.

Mahasiswa yang kekurangan uang itu menambahkan bahwa dirinya harus memfotokopi buku karena tidak mampu membeli buku asli yang mahal.

Pada Oktober, ambang batas kemiskinan untuk satu keluarga beranggotakan empat orang meningkat menjadi 44.573 lira, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada Rabu (1/11) oleh TURK-IS, serikat pekerja terkemuka di Turki.

Seorang wanita berbelanja buah-buahan di pasar lokal di Ankara, Turki, pada 3 November 2023. (Xinhua/Mustafa Kaya)

Hampir 60 persen pekerja di Turki memperoleh upah minimum bulanan sebesar 11.400 lira, yang sebagian besar berada di bawah garis kemiskinan, tutur Iris Cibre, seorang ekonom yang berbasis di Istanbul, dalam sebuah unggahan di media sosial X.

"Banyak pendapatan rumah tangga yang tidak mencukupi dalam menghadapi inflasi yang sangat tinggi, dan kemiskinan pun menjadi masalah besar di Turki," tekannya.

Untuk mengatasi krisis biaya hidup itu, pemerintah Turki menaikkan dana pensiun dan upah minimum beberapa kali pada 2023, dan akan kembali dinaikkan dalam beberapa bulan mendatang.

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023