Manufaktur cukup seimbang antara permintaan domestik dan ekspor, sehingga permintaan domestik yang tumbuh sehat akan bisa jadi penopang bagi kompensasi ekspor atau permintaan eksternal yang melemah

Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja sektor manufaktur Indonesia yang tumbuh positif mengimbangi pelemahan ekspor dan impor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2023.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor terkontraksi sebesar 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy. Di sisi lain, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

“Manufaktur cukup seimbang antara permintaan domestik dan ekspor, sehingga permintaan domestik yang tumbuh sehat akan bisa jadi penopang bagi kompensasi ekspor atau permintaan eksternal yang melemah,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin.

Kuatnya permintaan domestik pada industri manufaktur ditopang oleh industri barang logam yang meliputi komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik yang tumbuh 13,68 persen yoy.

Kemudian, industri logam dasar yang 10,86 persen yoy, industri alat angkutan tumbuh 7,31 persen yoy, serta industri barang galian bukan logam tumbuh 7,20 persen yoy.

Di samping itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Oktober masih terjaga pada level ekspansif, yakni 51,5. Meski melemah, namun capaian tersebut menandakan ekspansi manufaktur Indonesia terjaga berturut-turut selama 26 bulan terakhir.

Kendati demikian, Menkeu mengatakan akan tetap mewaspadai pelemahan kinerja ekspor dan impor. Ke depan, pemerintah akan terus memantau outlook perekonomian pada negara maju.

“Pertumbuhan impor masih terus diwaspadai. Tapi, PMI masih positif, itu menggambarkan manufaktur masih sehat,” ujar Menkeu.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan masih ada potensi 8 miliar dolar AS dari devisa eksportir yang tersimpan di luar negeri.

Oleh karena itu, pihaknya akan mengevaluasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) untuk mendorong kinerja ekspor dan impor.

Baca juga: Pemerintah siapkan respons kebijakan untuk jaga pertumbuhan ekonomi

Baca juga: Menkeu sebut pelunasan tagihan Bulog Rp16 triliun tunggu audit BPKP

Baca juga: Menkeu imbau perusahaan jaga neraca keuangan di tengah lemahnya rupiah

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023