Jakarta (ANTARA News) - Sekitar 70 persen hutan mangrove di Indonesia telah rusak, dengan rincian 48 persen (4,510 juta ha) dalam kondisi rusak sedang dan 23 persen (2,146 juta ha) rusak parah. Menurut Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan, Darori, dalam Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove, di Jakarta, Senin, kerusakan dan pengurangan luas hutan mangrove di Indonesia terjadi dengan sangat cepat. Wilayah Indonesia terdiri dari banyak pulau, memiliki potensi sumber daya mangrove 9,362 juta ha, tersebar di dalam kawasan hutan seluas 3,7 juta ha dan di luar kawasan hutan seluas 5,66 juta ha. Ia mengatakan, terjadinya bencana tsunami di NAD pada 26 Desember 2004 telah semakin membangkitkan kesadaran masyarakat dan dunia internasional akan nilai pentingnya vegetasi atau hutan yang tumbuh di kawasan pantai, khususnya hutan mangrove. Untuk mengatasi kerusakan hutan mangrove lebih luas, Dephut (sebelum bencana tsunami) telah berupaya memulihkan fungsi hutan mangrove melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan) serta pengembangan model-model pengelolaan mangrove. Pada tahun 2004, telah direhabilitasi melalui program Gerhan seluas 5.075 ha, pada 2005 seluas 29.526 ha, dan pada 2006 Dephut merencanakan merehabilitasi sekitar 2.790 ha. Sementara itu, Menhut MS Kaban mengatakan, untuk mencegah dan mengendalikan laju degradasi ekosistem hutan mangrove perlu penekanan upaya pengintegrasian visi, misi dan program kegiatan antar sektor yang terkait dengan pengelolaan ekosistem mangrove. Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah menyusun "Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove Indonesia" yang pada saat ini sedang dalam proses mendapatkan legalitas hukum dari pemerintah.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006