Sasaran dari serangan bom bunuh diri itu adalah orang-orang yang berkumpul di taman rumah Ramah."
Mosul, Irak (ANTARA News) - Serangan bom bunuh diri di Irak utara pada Rabu menewaskan ketua sebuah partai politik provinsi dan empat kerabatnya, kata sejumlah pejabat, menjelang pemilihan umum yang akan diikuti kelompoknya.

Yunus al-Ramah, ketua Partai Persatuan Irak, sedang mengadakan pertemuan sosial di rumahnya di kota Al-Hadhr di provinsi Nineveh ketika serangan itu terjadi, kata pejabat-pejabat keamanan dan medis, lapor AFP.

"Sasaran dari serangan bom bunuh diri itu adalah orang-orang yang berkumpul di taman rumah Ramah," kata Letnan Satu Polisi Islam al-Juburi.

Lima orang tewas -- Ramah dan empat kerabatnya -- dan enam lain cedera, kata Juburi dan seorang dokter.

Partai Persatuan Irak kubu Ramah dianggap sebagai sekutu Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki. Ramah tidak ikut bersaing dalam pemilihan umum 20 Juni, namun sejumlah anggota partainya menjadi calon.

Serangan itu berlangsung menjelang pemilihan umum Kamis di Nineveh dan Anbar, dua provinsi berpenduduk mayoritas Sunni dimana pemilu ditunda dua bulan karena kekhawatiran mengenai keamanan.

Dua-belas provinsi lain melaksanakan pemilu pada 20 April.

Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan terakhir itu.

Militan Sunni terkait Al Qaida sering menyerang orang-orang Sunni yang mencalonkan diri dalam pemilu dalam upaya merusak kepercayaan pada proses politik dan mengintimidasi pemilih.

Lebih dari sepuluh orang tewas dalam serangan-serangan pada calon anggota dewan daerah menjelang pemilu 20 April di 12 provinsi, dan juga di Anbar dan Nineveh.

Serangan-serangan di Baghdad dan penjuru lain Irak meningkat tajam dan Mei merupakan bulan paling mematikan sejak 2008, dimana lebih dari 1.000 orang tewas, menurut PBB.

Seorang utusan PBB untuk Irak memperingatkan bahwa kekerasan sudah "siap meledak".

Serangan Rabu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 450 orang tewas dalam kekerasan pada April, sementara jumlah kematian pada Maret mencapai 271.

Sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.

Pejabat-pejabat Irak mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Wakil Presiden Tareq al-Hashemi pada 19 Desember 2011 setelah mereka memperoleh pengakuan yang mengaitkannya dengan kegiatan teroris.

Puluhan pengawal Hashemi, seorang pemimpin Sunni Arab, ditangkap dalam beberapa pekan setelah pengumuman itu, namun tidak jelas berapa orang yang kini ditahan.

Hashemi, yang membantah tuduhan tersebut, bersembunyi di wilayah otonomi Kurdi di Irak utara, dan para pemimpin Kurdi menolak menyerahkannya ke Baghdad.

Pemerintah Kurdi bahkan mengizinkan Hashemi melakukan lawatan regional ke Qatar, Arab Saudi dan Turki. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013