Penghematan subsidi BBM menjadi kurang bermakna jika devisa kita dihabiskan untuk impor bahan pangan.
Jakarta, (ANTARA News) - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dapat meningkatkan harga-harga produk pangan, namun pemerintah diminta tidak menggunakan dana penghematan subsidi BBM untuk mengimpor produk pangan untuk mengendalikan harga.
"Penghematan subsidi BBM menjadi kurang bermakna jika devisa kita dihabiskan untuk impor bahan pangan," kata Ketua Pusat Penasehat Petani Indonesia, Sutrisno Iwantono, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu.
Iwantiono mengatakan tabungan penghematan subsidi BBM selain untuk BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat), yang terpenting justru harus digunakan untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri, dengan meningkatkan gairah petani dalam berproduksi.
Iwantono yang juga Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ini meminta saving/tabungan yang dieproleh pemerintah dari kenaikan harga BBM ini yang diperkirakan mencapai diatas Rp 80 trilyun dalam satu tahun dapat gunakan dengan benar.
Ia mengatakan upaya untuk mencapai kemandirian pangan mutlak dipacu. Salah satunya adalah dengan perbaikan infrastruktur pertanian khususnya jaringan irigasi. Dana penghematan subsidi BBM tersebut bisa digunakan untuk memperbaiki jaringan irigasi.
Saat ini jaringan irigasi banyak yang rusak parah dan perlu diperbaiki. Selain itu juga sangat diperlukan pembangunan jaringan irigasi baru.
Dari total areal irigasi sekitar 5,25 juta ha, lebih dari 1,3 juta Ha rusak. "Kalau bisa memperbaiki sekitar 0,5 juta ha saja akan nyata meningkatkan produksi. Tanpa pembangunan irigasi baru akan susah kita mencapai kemandirian pangan," katanya.
Pembukaan areal baru tidak kalah penting. Saat ini masih tersedia potensi lahan sekitar 188 juta ha, dimana 94 juta cocok untuk usaha tani. Disamping itu, yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan dan kelancaran penyaluran sarana produksi seperti pupuk, benih, dan obat-obatan.
Pewarta: Unggul Tri Ratomo
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013