Yogyakarta (ANTARA News) - Awan putih yang memanjang vertikal di langit selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Minggu petang tidak ada kaitannya dengan gempa bumi.
"Awan putih ini bukan merupakan ciri khusus atau pertanda akan terjadinya gempa bumi. Selama ini tidak ada seorang ahli, termasuk dari negara maju, yang dapat memastikan apa yang menjadi pertanda gempa bumi itu," kata pengamat geofisika Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Yogyakarta, Tony Agus Wijaya Ssi, kepada ANTARA di Yogyakarta, Senin.
Para ahli di dunia hingga saat ini masih terus meneliti, dan yang dapat dilakukan sejauh ini oleh ahli gempa hanyalah mengamati apa yang terjadi. "Ahli tidak bisa menyimpulkan, yang ada hanyalah mengamati sisa energi yang terlepas dari lempeng batuan pusat gempa," kata dia.
Tanda-tanda yang selama ini dipercaya maasyarakat, seperti kepercayaan masyarakat China tentang ikan lele yang meloncat-loncat, tidak bisa dipastikan kebenarannya, karena ikan yang meloncat-loncat itu disebabkan oleh banyak faktor.
"Wilayah Yogyakarta yang baru saja dihantam gempa dahsyat tidak mungkin akan kembali merasakan getaran hebat sampai merusak, setidaknya dalam kurun waktu sekitar enam tahun ke depan," ujarnya.
Hal tersebut terjadi karena pertemuan dua lempeng batuan di Sesar Opak sudah kehabisan energi setelah melepaskan energi sangat besar pada gempa lalu. Untuk kembali membuat gerakan yang menyebabkan gempa bumi sebesar itu, maka harus kembali mengumpulkan energi yang cukup dalam waktu relatif lama.
Ini bisa dibuktikan dengan penurunan frekuensi gempa setelah gempa utama terjadi. Secara bertahap dalam dua bulan terakhir, semakin lama makin sedikit gempa yang dirasakan oleh masyarakat.
"Bahkan sekarang masyarakat sudah tidak merasakan gempa susulan lagi. Hal itu menunjukkan kecilnya energi yang tersisa di dua lempeng batuan itu," tegasnya.
Ia mengemukakan saat ini DIY dalam keadaan aman dari kemungkinan gempa bumi yang bersifat merusak, sehingga tidak ada yang perlu dicemaskan lagi. Lempeng di bawah permukaan bumi terus bergerak, tetapi tidak terlihat oleh manusia. "Masyarakat tidak perlu memikirkan gempa bumi lagi," ujar Tony. (*)
Copyright © ANTARA 2006