...memicu penyelewengan..."
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat energi, Pri Agung Rakhmanto, meminta pemerintah menaikkan harga solar sama dengan premium bersubsidi menjadi sebesar Rp6.500 per liter.
"Jangan dibedakan, sama rata saja baik solar maupun premium yakni Rp6.500 per liter," katanya di Jakarta, Selasa.
Menurut Direktur ReforMiner Institute itu, rencana kenaikan harga solar yang lebih rendah dibandingkan premium merupakan kebijakan yang salah.
"Harga solar yang lebih murah tetap memicu penyelewengan baik ke industri ataupun ke luar negeri," katanya.
Di samping itu, bahan bakar solar lebih polutif dibandingkan premium, sehingga tidak rasional kalau harganya lebih murah.
Dengan harga murah, lanjutnya, maka pembelian kendaraan berbahan bakar solar bakal lebih banyak lagi, sehingga makin meningkatkan penggunaan solar dan pada akhirnya tingkat polusinya.
"Pemerintah mesti mengkaji lagi rencana kenaikan harga yang berbeda itu," katanya.
Pemerintah berencana menaikkan harga premium dari saat ini Rp4.500 menjadi Rp6.500 per liter dan solar dari Rp4.500 menjadi Rp5.500 per liter.
Dengan harga keekonomian premium dan solar yang relatif sama, maka angka tersebut menunjukkan pemakaian bahan bakar diesel mendapat subsidi yang lebih besar.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013