Jakarta (ANTARA) - Tunas Sawa Erma (TSE) Group sebagai pelaku usaha di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit yang beroperasi di Provinsi Papua Selatan dan Maluku Utara menjelaskan langkah-langkah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Kami berkomitmen untuk mematuhi regulasi di Indonesia maupun standar pasar internasional," kata Luwy dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.
Luwy memaparkan langkah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca antara lain dengan membangun pembangkit listrik tenaga biogas yang berkontribusi pada pengurangan gas rumah kaca dengan mencegah pelepasan gas metana ke atmosfer.
Menurutnya, pembangkit listrik tenaga biogas merupakan solusi mengatasi jejak karbon perkebunan kelapa sawit dari gas metana yang dihasilkan dari limbah cair (POME).
Selain itu, TSE Group juga menggantikan penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik dari tandan kosong dan cangkang sawit.
Luwy menerangkan pupuk kimia merupakan sumber emisi terbesar kedua setelah limbah cair karena mengeluarkan nitrogen oksida selama proses produksi dan penggunaannya berdampak pada pemanasan global 300 kali lipat dari karbon dioksida.
Lebih lanjut Luwy menjelaskan saat ini TSE Group telah membeli fasilitas dan sedang melakukan penelitian untuk memproduksi biochar.
Biochar adalah bentuk karbon yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama melalui proses pirolisis produk sampingan nabati yang diproduksi dalam jumlah besar di perkebunan kelapa sawit.
Sementara untuk menjaga keanekaragaman hayati di Papua, ujar Luwy, TSE Group menjalankan program konservasi spesies endemik Papua, yakni kura-kura moncong babi dan burung cenderawasih lewat pembangunan pusat penelitian dan cagar alam.
Baca juga: Transisi energi punya peran penting dalam mitigasi perubahan iklim
Baca juga: Kepala BMKG: Peningkatan emisi gas rumah kaca dapat memicu krisis air
Baca juga: OJK: Bursa karbon catat transaksi Rp29,45 miliar sejak diluncurkan
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023