Harga minyak saat ini terutama didorong oleh aspek geopolitik."
London (ANTARA News) - Harga acuan minyak utama New York mencapai tertinggi sembilan bulan pada Senin, karena para pedagang khawatir bahwa krisis Suriah bisa memukul pasokan minyak mentah dari Timur Tengah yang kaya minyak mentah, kata para analis.
Suriah diperkirakan menjadi agenda utama pada pertemuan pemimpin dunia Kelompok Delapan (G8) yang berlangsung Senin di Irlandia Utara, lapor AFP.
Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus, mencapai 98,74 dolar AS per barel, sebuah tingkat yang terakhir terlihat pada September 2012.
Pada saat yang sama, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik menjadi 106,67 dolar AS per barel, titik tertinggi sejak awal April 2013.
"Kekhawatiran bahwa intervensi Barat di Suriah dapat meningkatkan risiko lebih luas pada konflik Timur Tengah telah menempatkan beberapa tekanan naik pada harga minyak mentah Brent," kata analis Capital Economics Julian Jessop.
"Namun, sekalipun jika ketegangan terus meningkat -- yang semua pemain utama ingin hindari -- kami akan memperkirakan kejatuhan untuk pasar minyak dunia menjadi lebih daripada diimbangi oleh prospek pelepasan cadangan strategis besar yang dimiliki oleh AS dan sekutunya."
Brent kemudian berdiri di 106,08 dolar AS dalam transaksi sore di London, naik 15 sen dibandingkan dengan penutupan Jumat. Minyak mentah New York diperdagangkan 26 sen lebih tinggi pada 98,11 dolar AS per barel.
"Suriah bukan negara penghasil minyak utama, namun potensi untuk terjadi tumpahan ke negara-negara tetangga telah memicu sedikit ketakutan pasar," tambahnya analis Joshua Mahony di pedagang Alpari.
Harga juga naik pada Jumat (14/6) setelah para pejabat AS mengatakan mereka memiliki bukti penggunaan senjata kimia oleh pasukan dukungan pemimpin Suriah Bashar al-Assad dan mengisyaratkan bahwa Washington bisa mulai mempersenjatai oposisi.
"Harga minyak saat ini terutama didorong oleh aspek geopolitik," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
"Keputusan AS untuk memasok senjata kepada pemberontak di Suriah pada akhirnya mengancam mengubah perang saudara di Suriah ke dalam perang wakil antara kekuatan dunia, mengingat bahwa Rusia memberikan dukungan militer kepada rezim Assad.
"Ini juga akan menjadi agenda pertemuan puncak G8 yang dimulai di Irlandia Utara hari ini," tambahnya.
Presiden AS Barack Obama dan para pemimpin dunia tiba di provinsi Inggris itu dilihat sebagai untuk membuat tekanan kepada Rusia untuk mundur dari dukungannya terhadap Assad.
Perdana Menteri Inggris David Cameron mengatakan prioritasnya untuk pertemuan itu memastikan sebuah konferensi perdamaian dalam konflik Suriah yang sedang berlangsung pada akhir tahun ini.
Namun di tengah meningkatnya ketegangan atas Suriah, pembicaraan antara Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin diperkirakan akan banyak "durinya", dengan kedua pemimpin menawarkan dukungan militer kepada sisi yang berlawanan dalam perang.
Perhatian pasar juga pada pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve mendatang pada pekan ini.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS, yang menetapkan suku bunga acuan dolar AS, akan bertemu pada Selasa dan Rabu serta para investor mengharapkan kejelasan lebih besar tentang apakah akan mempertahankan suku bunga jangka panjangnya dengan program pembelian obligasinya 85 miliar dolar AS per bulan.
Masih adanya ketidakpastian atas program stimulus moneter -- yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE) dan pasar mendapat pukulan pada bulan lalu setelah the Fed mengisyaratkan bahwa pihaknya bisa mengurangi langkah-langkah stimulus besar-besaran lebih awal, jika kondisi ekonomi membaik.
"Elemen kunci minggu ini adalah pertemuan kebijakan moneter Fed pada Rabu yang akan menjelaskan prospek ekonomi AS saat ini," kata analis Sucden, Myrto Sokou.
"Investor harus tetap berhati-hati di tengah tanda-tanda bahwa Fed dapat menurunkan program pembelian obligasinya, sementara semua mata akan berada di setiap indikasi tentang kemungkinan jangka waktu tentang penghentian program QE pada 2013." (A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013