Padang (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatra Barat (Sumbar) memaparkan strategi pemerintah daerah hingga mampu mengendalikan laju inflasi di bawah target inflasi tiga plus minus satu persen secara year on year (yoy).

"Inflasi Sumbar secara yoy 2,27 persen, namun masih terjaga pada rentang sasaran inflasi nasional tiga plus minus satu persen," kata Kepala BI Perwakilan Sumbar Endang Kurnia Saputra di Padang, Kamis.

Endang mengatakan pengendalian inflasi tersebut berkat dukungan dan sinergi dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumbar dalam mengendalikan harga, dan memastikan ketersediaan pasokan.

"Termasuk pula dalam mendukung kelancaran distribusi," ujar Endang.

Baca juga: BI Sumbar maksimalkan peran pondok pesantren ikut kendalikan inflasi

Baca juga: BPS: Transportasi jadi pendorong terbesar inflasi di Sumbar April 2023

Selama Oktober 2023 upaya-upaya yang dilakukan dalam mengendalikan laju inflasi yakni gerakan pangan murah (GPM) serentak di berbagai kabupaten/kota. Kemudian, penyelenggaraan sinergi operasi pasar/pasar murah secara intensif, sidak pasar tinjauan harga dan pasokan secara rutin.

Selanjutnya, pendistribusian beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), dan stok pangan komersil oleh Bulog, intensifikasi distribusi komoditas pangan strategis melalui mobil keliling dan media sosial oleh Toko Tani Indonesia Center (TTIC).

Ia mengatakan TPID provinsi dan kabupaten/kota terus berkomitmen untuk memperkuat sinergi dan koordinasi agar inflasi indeks harga konsumen (IHK) dapat terkendali. Hal itu diperkuat dengan implementasi program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sumbar tahun 2023.

"Berbagai upaya menjaga inflasi tersebut diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi menuju Sumbar madani, unggul dan sejahtera berkelanjutan," kata dia.

Pada kesempatan itu, eks Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta tersebut menjelaskan inflasi gabungan Kota Padang dan Kota Bukittinggi pada Oktober 2023 dipengaruhi beberapa hal.

Pertama, kelompok transportasi menyumbang inflasi sebesar 1,16 persen secara bulan ke bulan dengan andil sebesar 0,18 persen. Inflasi kelompok tersebut bersumber dari peningkatan tarif angkutan udara dan bensin.

Penyumbang inflasi selanjutnya yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,35 persen dengan andil 0,02 persen. Inflasi ini dipengaruhi naiknya harga komoditas emas perhiasan.

"Harga emas perhiasan naik mengikuti perkembangan harga emas dunia yang dipengaruhi kondisi kestabilan ekonomi dan keuangan global terkini," ujarnya.*

Baca juga: BPS: Bukittinggi peringkat keempat inflasi nasional

Baca juga: BI proyeksikan inflasi di Sumbar turun pada 2023

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023