tanaman ini tidak membutuhkan air yang banyak

Mojokerto (ANTARA) - Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati menyebutkan jika sorgum cocok ditanam di Kabupaten Mojokerto khususnya di utara Sungai Brantas, karena bisa hidup di wilayah kering yang tidak memerlukan banyak air.

"Komoditas sorgum ini memiliki potensi yang besar untuk dibudidayakan. Terlebih tanaman ini dipercaya memiliki ketahanan lebih dalam kondisi yang terik. Ini juga solusi terlebih saat ini kita masih dilanda El Nino dan cuaca panas ekstrem," tuturnya saat menghadiri Sarasehan Jaminan Keamanan, Mutu, Dan Gizi Pangan Olahan Berbahan Dasar Sorgum yang diinisiasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Mojokerto, Kamis.

Ia mengatakan, komoditas sorgum ini lebih cocok ditanam di wilayah Kabupaten Mojokerto sebelah utara Sungai Brantas.

"Sebab, tanaman ini tidak membutuhkan air yang banyak hal itu cocok dengan kondisi tanah di utara sungai. Karena tanaman ini irit air, bahkan bisa panen tiga kali dalam satu tahun," ujarnya.

Baca juga: BPOM: Sorgum dapat menjadi alternatif untuk menurunkan stunting
Baca juga: BPOM kawal pengembangan sorgum, bantu wujud ketahanan pangan RI

Meski begitu, kata dia, masyarakat Kabupaten Mojokerto masih banyak yang belum mengenal komoditas sorgum dan berharap dengan sarasehan ini bisa membuat masyarakat lebih mengenal sorgum serta dapat menjadi alternatif bahan pangan pokok padi.

"Kita juga terus mengkampanyekan makanan beragam, saya juga sudah mengeluarkan SE-nya. Kami berharap Sorgum ini bisa menjadi alternatif menggantikan nasi," ujarnya.

Kepala BPOM Penny K. Lukito mengatakan, sarasehan ini digelar untuk memadukan pengembangan diversifikasi sorgum dari hulu ke hilir. Selain itu, kegiatan ini untuk membangun konvergensi program antar kementerian, dinas, serta pihak swasta.

"Agar semua lebih mengenal Sorgum ini tidak hanya dikonsumsi sebagai pangan segar namun juga dikonsumsi sebagai pangan olahan," ucapnya.

Baca juga: BRIN: Sorgum dan jagung jadi alternatif pangan hadapi perubahan iklim
Baca juga: Bupati: Peningkatan produksi sorgum untuk ketahanan pangan nasional

Hingga saat ini, lanjut Penny, Indonesia masih memberlakukan impor bahan pangan pokok. Impor beras Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2023 tercatat sejumlah 1,59 juta ton, sementara untuk komoditas gandum Indonesia juga masih mengimpor sebanyak 11 juta ton setiap tahunnya.

Selain itu, menurut Penny, hadirnya sorgum ini bisa menjadi alternatif bahan pangan pokok yang memiliki kandungan karbohidrat rendah dan bebas gluten.

"Tanaman sorgum sangat baik untuk dibudidayakan sebagai bahan pangan," tuturnya.

Penny juga mengajak para pelaku usaha pangan olahan untuk memanfaatkan sorgum sebagai bahan baku pangan olahan. BPOM siap untuk melakukan bimbingan teknis dan pendampingan kepada para pelaku usaha terutama usaha mikro kecil (UMK) yang memproduksi produk olahan sorgum. Pendampingan itupun nantinya ia lakukan melalui bimbingan teknis Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).

"Jadi peserta diberikan materi terkait keamanan pangan, pelabelan, informasi nilai gizi, dan bahan tambahan pangan olahan. Diharapkan setelah mengikuti bimbingan teknis, peserta sebagai pengusaha pangan dapat menerapkan aspek keamanan pangan di setiap rantai pengolahan hingga distribusi produk pangan," katanya.

Baca juga: PT Sang Hyang Seri bersama BRIN kembangkan penanaman sorgum
Baca juga: NFA bersinergi kembangkan sorgum jaga stabilitas pangan saat El Nino
Baca juga: Moeldoko sebut sorgum bisa menjadi energi alternatif

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023