Gaza/Yerusalem (ANTARA) - Tank-tank dan pasukan Israel mendesak masuk ke Kota Gaza pada Kamis namun menghadapi perlawanan sengit dari Hamas, yang menggunakan mortir dan serangan gerilya dari terowongan, sementara jumlah korban jiwa warga Palestina meningkat akibat bombardemen Israel.
Perang semakin mendekati pusat populasi utama Jalur Gaza di utara, tempat yang diperintahkan Israel kepada warga untuk dikosongkan karena Israel telah menyatakan akan memusnahkan kelompok milisi Palestina tersebut.
"Kami berada di gerbang Kota Gaza," kata komandan militer Israel Brigadir Jenderal Itzik Cohen.
Para pejuang Hamas dan sekutunya, Jihad Islam, bermunculan dari terowongan untuk menembaki tank, kemudian menghilang kembali ke dalam jaringan bawah tanah itu, menurut sejumlah warga dan video dari kedua kelompok itu.
Hamas dan Jihad Islam berperang dengan menggunakan taktik gerilya dalam melawan pasukan Israel, yang jauh lebih kuat.
"Mereka tidak pernah berhenti mengebom Kota Gaza sepanjang malam, rumah tidak pernah berhenti berguncang," kata seorang pria yang tinggal di sana.
"Namun, di pagi hari kami menemukan pasukan Israel masih berada di luar kota, di pinggiran kota dan itu berarti perlawanan lebih besar dari yang mereka perkirakan," kata warga tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya.
Israel, yang menyadari akan sulitnya bertempur di kawasan perkotaan, saat ini tampaknya menggunakan strategi untuk memusatkan kekuatan besar di Jalur Gaza bagian utara daripada melancarkan serangan darat ke seluruh wilayah.
Perang terbaru dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun ini mulai terjadi ketika pejuang Hamas menerobos perbatasan pada 7 Oktober.
Israel mengeklaim bahwa Hamas membunuh 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 200 orang pada hari paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Israel itu.
Bombardemen Israel terhadap daerah kantong kecil Palestina itu --yang berpenduduk 2,3 juta orang-- telah menewaskan sedikitnya 8.796 orang, termasuk 3.648 anak-anak, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Gambar-gambar jenazah yang berada di reruntuhan dan kondisi mengerikan di Gaza telah memicu seruan kepada pihak-pihak penyerang untuk menahan diri. Sementara itu, rangkaian protes berlangsung di jalanan di seluruh dunia.
Sejumlah warga melaporkan tembakan mortir di sekitar Kota Gaza dan mengatakan tank dan buldoser Israel terkadang melaju di atas puing-puing dan merobohkan bangunan dibandingkan menggunakan jalan biasa.
Bagian selatan Gaza juga tidak luput dari serangan tersebut.
Menurut para pejabat kesehatan Gaza, tiga warga Palestina tewas akibat tembakan tank di dekat Kota Khan Younis dan serangan udara menewaskan lima orang di luar sebuah sekolah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di kamp pengungsi Beach.
Brigadir Jenderal Iddo Mizrahi, kepala unit teknik perang militer Israel, mengatakan pasukannya berada pada tahap pertama pembukaan jalur akses di Gaza tetapi menghadapi ranjau dan jebakan. "Hamas telah belajar dan mempersiapkan diri dengan baik."
Setelah blokade total terhadap Gaza selama lebih dari tiga minggu, pemegang paspor asing dan beberapa orang yang terluka diizinkan keluar di ujung selatan.
Wael Abu Mehsen, pejabat perbatasan Palestina, mengatakan 400 warga negara asing akan berangkat ke Mesir melalui penyeberangan Rafah pada Kamis, setelah sekitar 320 orang menyeberang pada Rabu (1/11).
Puluhan warga Palestina yang terluka parah juga harus menyeberang. "Saya ingin lewat. Kami bukan binatang," kata Ghada el-Saka, warga Mesir di Rafah yang menunggu untuk kembali pulang ke negaranya setelah mengunjungi kerabat.
"Kami telah melihat kematian dengan mata kepala kami sendiri," ujarnya. Ia juga menggambarkan sebuah serangan terjadi dekat rumah saudara-saudaranya yang membuat dia dan putrinya hidup di jalanan.
Serangan terbaru Israel mencakup wilayah Jabalia, yang berpenduduk padat dan didirikan sebagai kamp pengungsian sejak 1948.
Kantor media yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sedikitnya 195 warga Palestina tewas dalam dua serangan pada Selasa dan Rabu, sementara 120 orang hilang dan sedikitnya 777 orang terluka.
Israel, yang menuduh Hamas bersembunyi di belakang warga sipil, mengatakan pihaknya membunuh dua pemimpin militer Hamas di Jabalia.
Sumber: Reuters
Baca juga: 20 ribu lebih warga Palestina yang terluka masih di Gaza
Baca juga: 1.000 anak Palestina dari Gaza akan dirawat Uni Emirat Arab
Netanyahu tolak gencatan senjata, rentetan ledakan terjadi di Gaza
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023