Kejadian bencana tanah longsor di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan beberapa hal, salah satunya bertambahnya jumlah penduduk yang akhirnya menempati daerah-daerah rawan longsor,"

Jakarta (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa angka kejadian bencana tanah longsor di Indonesia yang menyebabkan korban jiwa cenderung meningkat setiap tahun seiring bertambahnya jumlah penduduk.

"Kejadian bencana tanah longsor di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan beberapa hal, salah satunya bertambahnya jumlah penduduk yang akhirnya menempati daerah-daerah rawan longsor," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho ketika dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut dia, sebagian besar penduduk yang tinggal di wilayah-wilayah rawan longsor berada di daerah perbukitan atau lereng-lereng gunung dengn topografi yang curam dan aksesibilitas rendah.

"Selain itu, masyarakat di daerah rawan longsor itu juga kemampuan ekonominya cenderung lemah sehingga kemampuan mereka mengantisipasi ancaman longsor di daerahnya juga rendah. Akibatnya, korban longsor meningkat," ujarnya.

Sutopo mengatakan berdasarkan data sementara yang dikumpulkan BNPB, kejadian bencana mulai Januari hingga Mei 2013, longsor menyebabkan korban meninggal paling banyak dibandingkan dengan jenis bencana lainnya.

"Bencana tanah longsor menyebabkan 115 orang meninggal, sedangkan banjir menyebabkan 94 orang meninggal," ungkapnya.

Dia menambahkan beberapa faktor lain yang juga mengakibatkan peningkatan angka kejadian bencana longsor, antara lain kerusakan daerah aliran sungai, intensitas hujan yang meningkat, kurangnya antisipasi bencana di daerah-daerah rawan longsor.

Pada kesempatan itu, Sutopo juga mengatakan bahwa BNPB telah melakukan langkah-langkah antisipasi terkait perkiraan peningkatan terjadinya bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah di Indonesia.

"Sebenarnya antisipasi untuk bencana-bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor, sudah mulai dilakukan sejak menjelang musim penghujan yang lalu," katanya.

Menurut dia, langkah antisipasi terhadap kemungkinan meningkatnya bencana hidrometeorologi dilakukan melalui penyusunan rencana sosialisasi tentang waspada bencana kepada seluruh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), penguatan kapasitas BPBD, bantuan logistik dan peralatan, serta penyaluran bantuan dana siap pakai ke BPBD.

"Selain itu, kami juga telah memberikan gambaran mengenai peta-peta wilayah rawan bencana kepada BPBD," ujarnya.

Dia menyampaikan bahwa belum lama ini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan gelombang pasang berpotensi meningkat selama 2013.

"BMKG mengeluarkan pernyataan bahwa musim kemarau 2013 ini adalah kemarau basah. Artinya, musim kemarau tahun ini akan lebih banyak hujan dibandingkan dengan pola musim kemarau normal," jelasnya.

Kemudian, dia mengatakan, BMKG juga telah menyatakan pola angin yang menimbulkan gangguan cuaca pada musim kemarau diprediksi berlangsung mulai Juli hingga Agustus.

Kondisi tersebut, lanjutnya, menyebabkan terjadinya hujan berintensitas tinggi yang dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor serta memicu hama penyakit dan mengakibatkan gagal panen.

"Dengan kondisi cuaca yang basah tersebut diperkirakan bencana hidrometeorologi di Indonesia pada tahun 2013 akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya," kata Sutopo.

Oleh karena itu, pihak BNPB mengimbau masyarakat dan BPBD di masing-masing daerah untuk tetap waspada.

"Kita semua harus tetap waspada karena bencana seringkali timbul justru pada saat kita tidak siap menghadapi bencana," kata Sutopo.


(Y012/F002)

Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013