Jakarta (ANTARA) - Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu mengatakan pasar obligasi berpotensi menguat memasuki tahun 2024 seiring perkiraan dimulainya siklus pemotongan suku bunga oleh bank sentral.

"Dalam jangka pendek, volatilitas diperkirakan masih berlanjut seiring dengan volatilitas global, namun memasuki 2024 pasar obligasi berpotensi menguat," ujar Anjalu dalam acara webinar "Road To 2024: Market Outlook" yang digelar Sinarmas Sekuritas di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, pasar obligasi berpotensi menguat pada tahun depan dengan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun mencapai 6,7 persen (base case) hingga 6,32 persen (optimist case).

Anjalau menyampaikan, pihaknya saat ini lebih menyukai obligasi korporasi karena durasi yang lebih pendek sehingga pergerakan harga lebih stabil di tengah volatilitas pasar global.

Selain itu, emiten-emiten obligasi korporasi di Indonesia mayoritas masih memiliki fundamental kredit yang baik seiring dengan lebih stabilnya perekonomian domestik dibandingkan dengan perekonomian global.

Menurut Anjalu, pergerakan instrumen obligasi juga akan tergantung dari kondisi pertumbuhan ekonomi maupun inflasi.

Menurut dia, dari skenario yang ada, jika kondisi konflik geopolitik menyebabkan perlambatan ekonomi yang dibarengi tingginya inflasi (stagflasi) maka akan berdampak tidak baik bagi pasar obligasi.

Namun, jika kondisi geopolitik menyebabkan resesi atau pertumbuhan menurun dan inflasi tidak naik, maka akan lebih bagus untuk pasar obligasi dibandingkan dengan pasar saham.

"Kondisi yang bagus adalah tidak terjadi kenaikan inflasi yang lebih tinggi dan penurunan ekonomi yang cukup dalam," katanya.

Baca juga: MAMI: Pasar obligasi & saham berpotensi tumbuh positif di tahun Pemilu
Baca juga: BNI Sekuritas paparkan tips jaga keamanan berinvestasi di pasar modal
Baca juga: Menkeu lihat situasi pasar sebelum terbitkan obligasi hijau di 2023

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023