PBB, New York(ANTARA News) - Dewan Keamanan (DK) PBB dengan suara bulat, Sabtu, mensahkan resolusi yang mengutuk ujicoba rudal Korea Utara (Korut), tindakan yang menyulut penolakan dari Pyongyang dengan ikrar akan melakukan peluncuran lebih lanjut. Resolusi tersebut, yang digambarkan oleh Duta Besar Korut untuk PBB, Pak Gil Yon, sebagai "mirip prilaku gangster", menuntut penghentian segera program rudal balistik Pyongyang dan memberlakukan sanksi guna mencegahnya membeli dan menjual teknologi rudal, AFP melaporkan. "Kami sepenuhnya menolak resolusi itu," kata Pak segera setelah pemungutan suara oleh Dewan Keamanan, yang memiliki 15 anggota, dan menambahkan militer Korut akan terus menguji-coba rudal pada masa depan sebagai bagian dari upayanya untuk mendorong kemampuan penangkal militernya. Ia juga memperingatkan bahwa Korut nanti takkan memiliki pilihan selain "mengambil sikap fisik lebih keras", seandainya ada negara lain "yang berani mempermasalahkan" pelatihan tersebut. Pernyataan Pak mengundang reaksi sinis dari Duta Besar AS John Bolton. "Ini adalah hari yang bersejarah," kata Bolton. "Bukan hanya kami dengan suara bulat telah mensahkan Resolusi 1695, tapi juga Korut telah menciptakan rekor dunia dalam menolaknya, hanya 45 menit setelah pengesahan." Guna mencegah veto China, penaja bersama resolusi tersebut -- termasuk Amerika Serikat, terpaksa mencabut rujukan kepada Bab Tujuh Piagam PBB, yang dapat membuka pintu bagi penggunaan kekuatan militer jika Korut tak patuh. Bolton menolak pendapat bahwa kompromi telah menghasilkan teks akhir pekan itu. Ia berkeras bahwa resolusi tersebut mengirim "pesan bulat, tak mendua dan tak ragu-ragu" kepada Pyongyang. Meskipun menegaskan perlunya bagi kepatuhan segera dan tanpa syara dari Korut, Bolton memperingatkan anggota DK bahwa mereka mesti bersiap jika negara komunis itu "memilih jalur yang berbeda". Kalau-kalau Korut tidak patuh, Bolton mengatakan penting bahwa Amerika Serikat dan negara lain memiliki peluang kapan pun untuk kembali ke DK "bagi tindakan lebih lanjut". Diperlukan waktu 11 hari bagi perundingan gencar guna mencapai kesepakatan mengenai resolusi tersebut, sementara Cina dan Rusia berkeras bahwa teks yang terlalu keras hanya akan memojokkan Korut dan makin merusak kestabilan di wilayah itu. "Kami menentang setiap tindakan yang akan meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea," kata Duta Besar Cina Wang Guangya. Ditambahkannya, China berharap resolusi tersebut akan membantu semua pihak terkait "untuk bertindak secara tenang". China, pemberi utama bantuan kepada Korut, telah mengirim satu misi diplomatik tingkat tinggi ke Pyongyang awal pekan lalu, tapi misi itu gagal menghasilkan konsesi yang mestinya telah menghindari pemungutan suara di DK. Pyongyang membuat marah masyarakat internasional dengan mengujicoba peluncuran tujuh rudal pada 5 Juli, termasuk rudal balistik Taepodong-2 --yang diduga mampun menjangkau daratan AS. (*)
Copyright © ANTARA 2006