Jakarta (ANTARA) - Dua unit vertikal Bea Cukai, yakni Bea Cukai Yogyakarta dan Bea Cukai Sampit menerima kunjungan civitas akademika di akhir bulan Oktober 2023. Melalui kunjungan tersebut, Bea Cukai dan mahasiswa menjalin kolaborasi dan aktif berdiskusi membahas isu-isu terkini di bidang kepabeanan dan cukai, khususnya yang bermanfaat untuk pengembangan ekonomi daerah. 


"Melalui pertemuan dan diskusi yang dijalin, Bea Cukai dan mahasiswa berkolaborasi dalam mewujudkan pemahaman dan kepatuhan masyarakat akan peraturan kepabeanan dan cukai, serta pengembangan ekonomi daerah," ungkap Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar, pada Kamis (02/11).


Encep menyebutkan, di Yogyakarta, Bea Cukai menerima kunjungan 50 orang mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta Magelang (Yoma), pada tanggal 26 Oktober 2023. Kunjungan tersebut menjadi ajang para mahasiswa untuk menerima materi alur administrasi dan proses bisnis kepabeanan untuk pelaku usaha. 


"Polbangtan membentuk mahasiswanya untuk menjadi job maker bukan job seeker, sehingga mereka memerlukan bekal pengetahuan seputar alur administrasi dan proses bisnis kepabeanan. Kami berharap para mahasiswa dapat mengembangkan usahanya ke depan, yang serta merta akan membantu peningkatan perekonomian daerah," ujar Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Encep Dudi Ginanjar, Kamis (02/10).


Kegiatan serupa juga terlaksana di Sampit, pada tanggal 31 Oktober 202. Bea Cukai Sampit menerima kunjungan para mahasiswa Universitas Darwan Ali (UNDA) Sampit. Dalam kunjungan tersebut, kedua pihak membahas potensi ekonomi di Sampit.


Dari paparan salah seorang dosen Universitas Darwan Ali, Andy Ismail, S.Kom., M.M. diketahui bahwa Sampit memiliki potensi ekonomi utama di bidang perkebunan sawit, karet, dan kelapa. Namun, potensi tersebut masih belum optimal tergali. Ekspor olahan sawit pun belum dilaksanakan secara langsung dari Sampit. Produk yang diekspor dari Sampit hanya lah produk olahan CPO yang nilainya tak terlampau tinggi, seperti bungkil atau palm kernel expeller. Beberapa hal yang menjadi kendala pelaksanaan ekspor langsung ini adalah dangkalnya Sungai Mentaya sebagai jalur kapal ukuran besar untuk masuk ke Pelabuhan Bagendang Sampit dan fasilitas yang belum memadai di sana. Kualitas SDM di Sampit pun menjadi perhatian, karena banyaknya generasi muda yang lebih fokus untuk mencari kerja daripada menuntut ilmu.


Atas kondisi yang ada, Encep menegaskan bahwa Bea Cukai melalui Bea Cukai Sampit akan berusaha memaksimalkan pelayanan dan pengawasan kepabeanan agar tidak ada kerugian negara atau potensi penerimaan yang hilang. "Fungsi Bea Cukai sebagai trade fasilitator dan industrial assistance juga akan semakin kami optimalkan, sehingga para pelaku usaha di Sampit bisa mendapatkan pendampingan untuk mengembangkan usahanya dan melaksanakan ekspor," katanya.


Hasil nyata dari komitmen tersebut dapat terlihat dari terbentuknya dua kawasan berikat di Sampit yaitu PT Sukajadi Sawit Mekar dan PT SJIM yang berperan besar pada perekonomian Sampit. Juga, keberhasilan pelaku UMKM Sampit melaksanakan ekspor perdananya, seperti CV Bornoe Aquatic yang hingga saat ini masih rutin mengekspor produknya.


"Namun perlu kami tegaskan bahwa pengembangan ekonomi daerah memerlukan kolaborasi antarpihak, seperti pemerintah daerah, masyarakat, penegak hukum, dan pelaku usaha. Para mahasiswa pun dapat terlibat dan berkontribusi aktif dengan mengawal dan menyebarluaskan informasi program-program pemerintah, agar semakin banyak masyarakat yang paham dan mendukung," lanjutnya.


Encep pun berharap semoga kolaborasi antara Bea Cukai dan mahasiswa dapat berjalan dengan baik, khususnya dalam hal penggalian potensi ekspor pelaku usaha lokal serta pengembangan ekonomi daerah.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023