Beijing (ANTARA) - Qizai (13 tahun) tampak santai tidur-tiduran sambil memakan bambu. Ia juga tdak peduli dengan puluhan pasang mata yang mengamati tingkah polah binatang berbobot sekitar 100 kilogram itu dari jarak sekitar 8 meter.
Qizai menjadi satu-satunya panda cokelat raksasa di dunia yang masih tinggal di penangkaran saat ini. Ia tinggal di Pusat Penelitian Panda Raksasa Qinling (Penyelamatan Satwa Langka Shaanxi) sejak berusia dua bulan.
Saat ditemukan peneliti, Qizai (yang berarti anak laki-laki ke-7) sendirian di hutan. Diduga sang ibu meninggalkannya. Belakangan teridentifikasi ibunya bukan panda cokelat, namun panda hitam dan putih biasa.
Qinling menjadi satu-satunya daerah yang memiliki panda cokelat di dunia. Sepanjang yang tercatat peneliti, sudah ada 10 panda cokelat yang terindentifikasi, baik di alam liar maupun dalam penangkaran. Panda cokelat bernama Dan Dan adalah yang pertama ditemukan di hutan di Foping, China, pada 1985, namun Dan Dan meninggal dunia pada 2002 karena sakit, anak Dan Dan pun tidak berwarna cokelat.
Misteri panda cokelat
Karakteristik panda Qinling memang berbeda dengan panda di tempat lain. Ciri yang menonjol dari panda Qinling adalah warna bulu coklat dan putihnya di bagian dada. Subspesies ini secara geografis terisolasi karena medan pegunungan Qinling yang menyebabkan perbedaan morfologis dan genetik yang berbeda dari kerabat mereka yang lebih dikenal, panda raksasa Sichuan.
Selain itu, mereka cenderung memiliki tengkorak yang lebih bulat dan gigi geraham yang lebih kecil. Menurut perkiraan, hanya ada sekitar 300-400 panda Qinling di alam liar, menjadikannya sebagai fokus upaya konservasi yang rentan dan penting.
Peneliti senior Pusat Penelitian Panda Raksasa Qinling Zhao Pengpeng mengatakan ada tiga hipotesis soal warna cokelat pada panda Qinling.
Pertama, adalah karena kelebihan gen cokelat, mengingat memang panda Qinling memiliki rambut cokelat di dadanya. Dugaan kedua, terkait dengan makanan yang dikonsumsi oleh panda Qinling.
"Ada dugaan soal kandungan tertentu dalam tanah yang menyebabkan munculnya bulu lebih terang pada panda Qinling," kata Zhao Pengpeng.
Dugaan ketiga, adalah panda Qinling lebih dekat dengan nenek moyang panda yang memang memiliki rambut cokelat, dibanding keluarga panda lain di lokasi berbeda. Zhao menyebut nenek moyang panda lebih kecil dan warna bulunya lebih terang, namun karena proses evolusi tubuh mereka membesar dan bulunya pun menggelap.
Namun Zhao menyebut tidak otomatis anak dari Qizai juga berwarna cokelat karena kelahiran panda cokelat harus berasal dari dua orang tua yang memiliki gen cokelat, tidak bisa hanya salah satunya.
Zhao juga mengatakan karena hingga saat ini pusat penelitian hanya memiliki panda betina berwarna hitam dan putih, sehingga untuk mengembangbiakkan panda cokelat belum memungkinkan. Anak dari Qizai sendiri berwarna hitam dan putih seperti panda pada umumnya.
Hewan lain
Di Pusat Penelitian Panda Raksasa Qinling, tinggal empat hewan "idola", yaitu panda Qinling (Ailuropoda melanoleuca qinlingensis), burung ibis jambul jepang atau burung Zhuhuan (Nipponia nippon), monyet emas Qinling (Rhinopithecus roxellana qinlingensis), dan takin emas (Budorcas taxicolor bedfordi).
Bila pengunjung datang dari pintu utama, maka binatang pertama yang ditemui adalah monyet emas yang terbagi di dua kandang, berisi masing-masing 5 dan 6 ekor monyet.
Karakteristik utama monyet ekor emas adalah wajah mereka yang berwarna biru cerah, moncong mereka yang pendek, serta warna rambut kepala yang terang. Mereka pun biasa tinggal berkelompok.
Selanjutnya ada varian lain dari keluarga panda, yaitu beruang merah (Ailurus fulgens) dan beruang madu (Ursus malayanus).
Ciri khas beruang madu adalah memiliki "kerah" putih berbentuk V di dada mereka dan suka memanjat pohon serta berdiri dengan dua kaki seperti manusia. Berdiri, menurut pemandu, bukan soal kekuatan fisik, tapi lebih melatih fleksibilitas si beruang.
Hewan lain yang ada di pusat penelitian itu adalah ibis jambul jepang atau burung Zhuhuan
Ibis jambul jepang adalah spesies endemik Asia Timur, memiliki sejarah puluhan juta tahun dan pernah tersebar luas di China, Jepang, Rusia, dan Korea Utara. Makanan utamanya adalah ikan kecil dan sering ada di persawahan.
Namun karena perburuan oleh manusia yang tidak suka burung ibis di sawah, urbanisasi hingga kerusakan lingkungan menyebabkan penurunan tajam jumlah ibis jambul. Pada 1981, Jepang hanya berhasil mengumpulkan lima ekor ibis jambul liar di Pulau Sado dan mengumumkan kepunahan ibis jambul liar di Jepang.
Tak disangka pada Mei 1981, 7 ekor ibis jambul liar ditemukan di Provinsi Shaanxi, China, dan dikembangbiakkan sehingga seluruh ibis jambul pada 2022 ada sekitar 200-an di Shaanxi yang seluruhnya berasal dari 7 ekor ibis yang dikembangbiakkan tersebut.
Hewan selanjutnya adalah takin emas. Takin adalah salah satu mamalia asli pergunungan Himalaya yang mirip rusa dan bison, padahal sebenarnya secara genetis ia berkerabat dekat dengan kambing dan domba karena masuk dalam sub-keluarga Caprinae. DNA takin pun lebih mirip domba, terlebih karena bulu mereka dapat dibuat kain wol.
Takin hidup di ketinggian 2.500 - 3.500 meter di atas laut sehingga biasa tinggal di pergunungan tinggi dan dapat sangat agresif dan gesit. Di alam liar mereka hidup berkelompok, baik kelompok kecil sebanyak 5 ekor maupun kelompok besar yang dapat mencapai 300 ekor.
Takin jantan dan betina sama-sama punya tanduk dengan ukuran sekitar 64 sentimeter. Hewan itu juga punya adaptasi luar biasa untuk menghadapi musim dingin ekstrem, yaitu punya lapisan bulu tebal ekstra untuk menjaganya dari hawa dingin. Selain itu, kulit mereka juga mengeluarkan semacam minyak yang membuat bulu mereka tahan air.
Keberadaan takin terancam punah karena perburuan, penggundulan hutan, dan perluasan wilayah untuk kebutuhan manusia, sehingga mereka pun harus dilindungi
"Bagaimana hewan-hewan ini bisa sampai ke pusat penelitian? Biasanya pekerja kami atau warga lokal menemukan hewan-hewan tersebut di hutan, entah dalam keadaan sakit, terjebak atau menyerang manusia atau hewan lain. Maka, mereka akan melapor ke petugas kehutanan dan petugas hutan mengontak kami untuk menyelamatkan hewan-hewan tersebut," kata Direktur Pusat Penelitian Panda Qinling Lei Yinghu.
Menurut Lei Yinghu yang pernah menjadi pengantar para pemburu sebelum perburuan di China dilarang, hewan-hewan di pusat penelitian akan dilepas ke alam bila sudah dipastikan alam pun siap menerima mereka.
"Tujuan pusat penelitian ini untuk menambah jumlah populasi binatang yang dilindungi, namun saat populasi mereka di alam liar masih terlalu sedikit untuk mereka dapat berkembang biak, maka kami tetap menjaga mereka di pusat penelitian," ucap Lei Yinghu.
Pusat penelitian
Pusat penelitian itu baru dibuka untuk umum pada September 2021 dan masuk dalam pengembangan kawasan Taman Nasional Qinling.
Tempat tersebut mendapat pinjaman ADB sebesar 12 juta dolar AS (sekitar 75,6 juta Yuan atau Rp190 miliar), dana pendukung dalam negeri sebesar 118,61 juta Yuan dan hibah Global Environment Facility (GEF) sebesar 8,39 juta Yuan.
Saat pembangunan awal, konsultan dari Kebun Binatang Singapura, Selandia Baru, dan Beijing didatangkan agar dapat membantu desain bagaimana pengunjung dapat melihat binatang-binatang dengan bebas tanpa mengganggu binatang itu sendiri.
Saat ini ada 9 kandang penangkaran seluas 28 ribu m2 panda raksasa yang menjadi tempat tinggal 30 ekor panda Qinling raksasa; satu kandang jaring besar seluas 13.000 m2, satu area pameran monyet emas seluas 1.900 m2, satu kandang takin emas seluas 2.560 m2 dan area pameran lainnya untuk binatang lain seluas 8.000 m2, aula edukasi seluas 1.389 m2, pusat turis dengan multimedia seluas 120 m2, pusat pemantauan binatang, serta area hijau seluas 60 ribu m2.
Sejak dibuka, populasi hewan di pusat penelitian pun meningkat. Panda Qinling dari berjumlah 18 menjadi 50 ekor, mengembangbiakkan 150 ekor burung ibis jambul jepang, dan dari jumlah tersebut 33 ekor dilepas ke alam liar, sedangkan 94 ekor disalurkan ke pusat konservasi lainnya. Jumlah monyet emas juga bertambah dari 18 ekor menjadi 37 ekor dan 10 di antaranya diberikan ke pusat konservasi lain. Pusat penelitian juga berhasil mengembangbiakkan 32 takin emas dan 22 di antaranya diberikan ke tempat lain.
Sementara di laboratorium, para peneliti melakukan sejumlah penelitian terhadap indikator-indikator panda, misalnya waktu yang tepat untuk kawin, membuat bank genetik untuk panda, termasuk mengawetkan sperma panda, penelitian nutrisi panda, hingga cara panda menjadi orang tua bagi bayi-bayi panda.
Sejak dibuka untuk umum pada 2021 hingga Oktober 2023, pusat penelitian telah menerima total 800 ribu turis, dengan pengunjung paling banyak, hingga 20 ribu orang sehari, termasuk para pelajar dari berbagai daerah.
Harga tiket masuk adalah 30 Yuan per orang dan setelah batasan pandemi ditiadakan, jumlah pengunjung pada 2023 diperkirakan 700 ribu orang.
Meski tampak "hanya" bermalas-malasan, Qizai dan teman-temannya di pusat penelitian Panda Qinling, membutuhkan dukungan manusia untuk tetap menjaga eksistensi di Bumi yang juga dihuni manusia.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023