Jakarta (ANTARA) - PT Cemindo Gemilang Tbk, produsen Semen Merah Putih, berkomitmen untuk mengurangi jejak karbon industri konstruksi melalui strategi-strategi berkelanjutan di sepanjang proses produksi semen.

"Ada empat inisiatif utama yang bisa kita lakukan. Pertama, efisiensi energi. Kedua, alternatif barang baku atau bahan bakar. Ketiga, teknologi yang inovatif. Dan keempat, menurunkan rasio klinker terhadap semen," kata Head of Technical Marketing PT Cemindo Gemilang Tbk Syarif Hidayat dalam diskusi bersama media di Jakarta, Rabu.

Dalam produksi satu ton semen, jelas Syarif, emisi karbon yang dihasilkan mencapai total 925 kg per ton. Emisi karbon ini bisa ditekan dengan menurunkan rasio klinker mengingat bahan utama tersebut berkontribusi 92 persen terhadap total produksi semen.

"Jadi, hampir satu banding satu. Itu (klinker) yang jadi kontributor utama emisi di industri semen," ujar Syarif.

Dia mengatakan, penurunan rasio klinker tersebut nantinya dapat diimbangi dengan penambahan material-material substitusi. Dengan demikian, upaya tersebut dapat berefek secara langsung terhadap penurunan emisi karbon.

Menurut Syarif, perusahaan telah menurunkan rasio klinker dari tahun ke tahun total 14,8 persen di pabrik Semen Merah Putih secara nasional. Berdasarkan data perusahaan, pengurangan rasio klinker dapat menurunkan emisi karbon sebesar 112 kg per ton produksi semen.

Selain pengurangan rasio klinker, strategi lain yang dijalankan perusahaan yaitu penerapan metode injeksi atau menanam karbon dalam proses produksi beton.

Dengan penggunaan teknologi, nantinya karbon dapat diubah menjadi kristal kalsium karbonat dalam ukuran nano dan ditanamkan di dalam beton. Metode ini masih dalam tahap eksperimen pendahuluan (pilot project) di pabrik Cikarang.

Terkait produk, hingga saat ini perusahaan masih memproduksi semen berjenis ordinary portland cement (OPC). Meski begitu, Syarif menyebutkan pihaknya juga telah memasarkan produk semen yang dinilai lebih ramah lingkungan seperti portland cement composite (PCC), semen hidrolis, dan semen portland slag (SPS).

Menurut Syarif, sebanyak 80 persen konsumen telah memilih produk semen berjenis non-OPC yang lebih berkelanjutan. Dia tidak memungkiri bahwa industri semen masih menghadapi tantangan untuk memasifkan pemasaran semen non-OPC.

Syarif mengatakan, transisi menuju penggunaan semen non-OPC tidak mudah, apalagi semen berjenis non-OPC telah lebih dikenal karena sudah eksis sejak tahun 1824. Oleh sebab itu, tegas Syarif, pihaknya akan terus bekerja sama dengan asosiasi dan pemerintah untuk mengintensifkan penggunaan semen non-OPC di proyek-proyek infrastruktur strategis.

Baca juga: Semen Merah Putih prioritaskan pekerja lokal Banten

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023