Jakarta (ANTARA) - Fashion desainer Denny Wirawan mengangkat dan mengeksplorasi batik Kudus sebagai bagian dari karya terbarunya yang berjudul Sandyakala Smara.

Eksplorasi kreatif bersama Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan Ikatan Perancang Muda Indonesia (IPMI) ini sebagai wujud perjalanan delapan tahun untuk pengembangan dan pengolahan batik Kudus.

"Sesuai dengan aura metropolitan Jakarta, saya akan membawa mood Sandyakala Smara yang berbeda. Karakter metropolitan dan sikap urban kota Jakarta harus terasa di fashion show ini. Untuk itu saya melakukan re-styling di beberapa rancangan,” ujar Denny Wirawan dalam keterangan pers yang diterima, Rabu.
Peragaan busana koleksi Sandyakala Smara karya Danny Wirawan di Hotel Langham Jakarta, Rabu (1/11) (ANTARA/Fitra Ashari)

Karya yang mengangkat Batik Kudus dalam format ready-to-wear deluxe dan ready-to-wear premium ini, telah dipaparkan di kota Kudus, lalu kini tiba saatnya Denny Wirawan membawanya ke Jakarta, untuk publik nasional yang lebih luas.


Sandyakala Smara terdiri dari 41 set rancangan, dipresentasikan ke dalam dua bagian.

​​​Pertama, seri Asmaradana, yang menitik beratkan kreasi yang bertumpu pada citra pakaian Cheongsam, dengan elemen berupa kerah-kerah tinggi, baik itu sebagai blus berbahan renda putih, atau vest penuh ornamentasi, atau juga berupa pilihan outerwear ala gaun cocktail berhiaskan Batik Kudus yang motifnya dibuat cantik dan bold.

Baca juga: "The Artistry" Hian Tjen dan Mahija jadi tema acara puncak JFW 2024
Peragaan busana koleksi Sandyakala Smara karya Danny Wirawan di Hotel Langham Jakarta, Rabu (1/11) (ANTARA/Fitra Ashari)

Siluet rancangan yang berunsur A-line, membuat gaun-gaun bagaikan kanvas yang memaparkan motif-motif flora dan unggas yang lugas dan dibuat simetri.

Rok-rok lebar bias-cut ada juga yang dipadankan dengan corset, elemen yang sedang sangat ini saat ini. Seri Asmaradana terinspirasi dari masa kebangkitan industri di Tiongkok tahun 1920-an.
Peragaan busana koleksi Sandyakala Smara karya Danny Wirawan di Hotel Langham Jakarta, Rabu (1/11) (ANTARA/Fitra Ashari)

Bagian kedua adalah seri Layar Sutera (Journey to The Past) yang menampilkan gaun-gaun yang lebih premium, dan gala. Pada bagian ini, Denny memaksimalkan imaginasinya, mendesain rancangan sama sedramatis motif Batik Kudus nya.

Garis pinggang sangat ketat, diimbangi dengan jubah-jubah Batik yang bermotif floral besar. Siluet bahu ada yang dibuat tegas dan dominan, memberi kesan kokoh dan extravaganza.
Peragaan busana koleksi Sandyakala Smara karya Danny Wirawan di Hotel Langham Jakarta, Rabu (1/11) (ANTARA/Fitra Ashari)

Di bagian ini motif Batik menjadi lebih mewah dengan tambahan hiasan embroidery besar dan ornamentasi beading gemerlap yang teksturnya memperkaya motif.

Layar Sutera ini terinspirasi dari kenangan kejayaan masa lalu di negeri Tiongkok, terrepresentasikan dengan keindahan motif-motif khas Tiongkok yang tertuang dalam helaian Batik Kudus.

Motif-motif tersebut adalah motif setiap flora dan fauna khas peranakan, seperti naga, phoenix, awan, burung Hong, kupu-kupu, ayam, bunga Krisan, Asteria, Lotus, dan Peonie. Rancangan dihiasi juga dengan perhiasan dari EPA Jewel, seperti cincin, gelang, anting-anting, dan kalung.

Baca juga: 4Season Hijab tampil perdana di JFW 2024 dengan koleksi "Sirene"
Peragaan busana koleksi Sandyakala Smara karya Danny Wirawan di Hotel Langham Jakarta, Rabu (1/11) (ANTARA/Fitra Ashari)

"Koleksi Sandyakala Smara ini saya persembahkan sebagai bentuk dedikasi untuk menggali lebih dalam lagi potensi-potensi yang ada pada motif Batik Kudus yang belum tereksplorasi, setelah sebelumnya hadir koleksi Pasar Malam, Padma, dan Wedari," ungkap Denny Wirawan.

Sandyakala Smara ditampilkan di ballroom The Langham, Jakarta, dalam program Fashion Soiree.
Peragaan busana koleksi Sandyakala Smara karya Danny Wirawan di Hotel Langham Jakarta, Rabu (1/11) (ANTARA/Fitra Ashari)

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023