"Ide menerbitkan komik ini bermula dari murid kami yang berkewarganegaraan Jepang Akiko Nozawa. Dia berniat memperkenalkan cerita-cerita rakyat Bali di negaranya," kata I Gusti Ngurah Adiputra selaku pemimpin Sanggar Bona di Desa Bona, Kabupaten Gianyar, Minggu.
Komik tersebut mengetengahkan cerita klasik rakyat Bali yang akrab di telinga anak-anak pada era 1970-an, seperti Sang Cangak, Sang Mong, I Bawang lan I Kesuna, Ii Lutung, dan Sang Kancil.
Menurut Adiputra, muridnya yang kini tinggal di Nagoya, Jepang, itu "ingin merevitalisasi dan menyelamatkan sastra Bali melalui cerita-cerita klasik yang diperkenalkan kepada anak-anak di Jepang sejak dini."
Komik-komik itu kini telah tersebar di 77 unit TK di Jepang, terutama di wilayah yang pernah diterjang gelombang tsunami, seperti Iwate, Miyagi, dan Fukushima.
Di Bali, komik-konik itu juga telah disumbangkan pada 24 unit TK yang tersebar di Bona, Blahbatuh, dan Pering (Kabupaten Gianyar), Legian, dan Kuta (Kabupaten Badung).
"Penerbitan komik itu bersifat nirlaba. Tentu ada kepuasan batin tersendiri sehingga kami sampai saat ini tak berniat menjual komik tersebut," katanya.
Beberapa orang dilibatkan dalam pembuatan komik itu, di antaranya Ni Gusti Made Rai Sumadi dan I Gusti Agus Susana sebagai pengolah cerita.
Selain itu I Wayan Sumita dan I Wayan Asin Sudira selaku juru gambar, serta Arya Dwi Bahagia Putra sebagai editor.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013