Kita harus lebih perhatian untuk mendeteksi secara dini
Jakarta (ANTARA) - Peran keluarga amat penting dalam mendeteksi dan menangani osteoporosis pada orang lanjut usia (lansia) sehingga dapat mengurangi potensi cedera pada tubuh, menurut dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. M Ade Junaidi Sp.OT.
“Kita harus lebih perhatian untuk mendeteksi secara dini, baik dari tampilan klinis ataupun postur tubuhnya,” kata Ade dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Perubahan postur pada lansia yang diduga mengidap osteoporosis terlihat dari bentuk tubuh yang semakin membungkuk dan tinggi badan yang berkurang, serta adanya keluhan nyeri pada tubuh, ucapnya.
Ia menjelaskan, seiring bertambahnya usia, volume dan kapasitas otot akan menurun dan kepadatan tulang akan berkurang sehingga membuat lansia lebih rentan mengalami cedera otot atau tulang bahkan hanya karena kecelakaan kecil seperti terpeleset di kamar mandi.
Baca juga: Polusi udara percepat kerusakan tulang pada wanita menopause
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia lebih mudah mengalami cedera pada otot dan tulangnya di antaranya gangguan penglihatan, penyakit metabolik seperti diabetes dan gangguan ginjal, serta perubahan metabolisme vitamin yang menyebabkan perapuhan tulang, ucapnya.
Selain perubahan postur tubuh, osteoporosis juga didiagnosis melalui pemeriksaan radiologi sederhana dengan sinar rontgen untuk memeriksa kepadatan tulang, khususnya tulang belakang, pergelangan tangan, atau panggul yang paling kerap dilaporkan cedera pada lansia.
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan diagnosis dan terapi yang dibutuhkan, kata Ade.
Setelah diagnosis osteoporosis dipastikan, ia mengatakan bahwa keluarga perlu memastikan pengidap osteoporosis terus beraktivitas meski sedikit, seperti dengan senam atau olahraga kecil yang tidak terlalu membebani sendi atau otot.
Aktivitas tersebut akan membantu memperkuat bagian tubuh atas dan bawah, khususnya otot, serta memperbaiki postur tubuh dan mencegah kekakuan sendi pada lansia, ucapnya.
“Hal ini supaya pasien bisa tetap beraktivitas sehari-hari, bisa tetap mandiri dan kuat tanpa hambatan,” kata Ade.
Selain itu, konsumsi obat atau suplemen, seperti vitamin C, vitamin D, dan vitamin K, juga harus dipastikan untuk memperbaiki kepadatan tulang dan mengurangi risiko cedera tulang dan otot bagi lansia.
Baca juga: BRIN: Anak usia 8-14 tahun bisa terkena osteoporosis
Baca juga: Hari Tulang dan Sendi Sedunia momentum tingkatkan kesehatan
Baca juga: Panggul salah satu bagian tubuh paling terdampak osteoporosis
Pewarta: Nabil Ihsan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023