Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Perekonomian Boediono mengatakan, tidak akan mengubah berbagai asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) meski harga minyak dunia dalam pekan ini mendekati 80 dolar AS per barel. "Harga minyak turun naik dalam waktu satu atau dua hari dalam satu pekan itu. Itu kan jangka pendek, masih ada waktu lima bulan lagi sampai akhir tahun, sementara ini kita tetap pada asumsi di APBNP kita " katanya usai pertemuan pertama "Joint Steering Committee" Indonesia-Singapura dalam pengembangan Batam, Bintan, dan Karimun di Jakarta, Sabtu. Target pertumbuhan ekonomi, pengeluaran dan penerimaan pemerintah, menurut Boediono, tidak akan diubah. "Lima bulan ke depan itu bisa terjadi apa-apa, bisa naik bisa turun (harga minyak dunia--red) yang penting nanti kita lihat dulu," ujarnya. Berdasarkan analisa Direktur Utama Shell, lanjur dia, harga minyak dunia diperkirakan akan turun karena ada banyak investasi bidang pertambangan sehingga pasokan dan permintaan akan seimbang. "Kita harus tenang, harus lihat dulu perkembangannya, karena supply dan demand menurut dia (Dirut Shell) kurang lebih sama atau seimbang. Kita jangan bayangkan yang terburuk dulu tapi siap saja dengan hal yang mungkin terjadi," katanya. Pada Jumat (14/7), harga minyak mentah untuk perdagangan berjangka naik lagi di sesi pagi perdagangan Asia karena kekhawatiran terganggunya suplai ketika ketegangan di Timur Tengah meningkat, kata pelaku pasar. Harga minyak mentah light sweet yang menjadi patokan di bursa New York (NYMEX), untuk pengiriman bulan Agustus diperdagangkan pada 77,94 dolar per barel, naik 1,61 dolar AS dibandingkan penutupan di perdagangan AS, Kamis malam, sebesar 76,70 dolar. Kontrak minyak sempat mencapai rekor tertinggi 78,40 dolar per barel. Mark Pevan, analis energi dari daiwa Securities di Melbourne menyatakan, konflik yang terjadi antara Israel dan Lebanon serta ancaman terganggunya pasokan di Nigeria menyebabkan kekhawatiran masa depan pasokan minyak. Meski Pervan percaya bahwa harga minyak saat ini sudah kelebihan harga sekitar 10-15 dolar per barel, dia tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa pasar akan menguji harga pada tingkat 80 dolar dalam waktu dekat ini.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006