Dengan adanya temuan gas baru di East Kalimantan maka Badak menyiapkan reaktivasi kembali 2-3 kilang yang saat ini diistirahatkan. Karena dari 8 train yang kami miliki saat ini, kami hanya pelihara 3 train saja

Jakarta (ANTARA) - Perusahaan pengolah gas alam cair, PT Badak LNG bersiap menghadapi peningkatan kebutuhan gas sejalan dengan banyaknya penemuan cadangan gas di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir.

Hal itu membuat kesiapan infrastruktur menjadi kunci dalam monetisasi peningkatan cadangan gas tersebut, kata Deputy Director Marketing & Business Development PT Badak LNG, Mohamad Farouk Riza.

"Dengan adanya temuan gas baru di East Kalimantan maka Badak menyiapkan reaktivasi kembali 2-3 kilang yang saat ini diistirahatkan. Karena dari 8 train yang kami miliki saat ini, kami hanya pelihara 3 train saja," kata Farouk dalam diskusi DETalk bertema Strengthening Indonesia as a Global LNG and LPG Player di Jakarta, Selasa.

Menurut Farouk, adanya tambahan pasokan gas tersebut maka pihaknya harus memastikan kilang-kilang LNG yang ada di Bontang harus bisa beroperasi dengan handal paling tidak hingga 20 tahun ke depan.

"Kami sudah melakukan assesment dengan peremajaan peralatan kilang," ujarnya.

Selanjutnya adalah melakukan fuel efficiency program untuk meningkatkan produksi LNG. Selain itu, manajemen juga telah memutuskan untuk melebarkan bisnis tidak hanya ke pengolahan gas menjadi LNG tapi juga mengembangkan bisnis penyimpanan LNG (LNG Storage).

"Nanti pada saatnya adalah regasifikasi ini suatu challenge sendiri karena kami akan mendiversifikasi proses bisnis yang ada di perusahaan," ungkap Farouk.

Manajemen Badak, kata Farouk, telah bergerak dalam mempersiapkan diri untuk peningkatan pemanfaatan infrastruktur di kilang LNG Bontang misalnya menginisiasi kerja sama bisnis dengan perusahaan Pertamina Group dan di luar Pertamina Group untuk memanfaatkan infrastruktur kilang, baik sebagai offtaker dan atau investor.

Lalu berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menjadikan LNG dan LPG Hub di Bontang sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional

Shinta Damayanti, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan ke depan LNG akan semakin besar pemanfaatannya. Ini seiring dengan temuan cadangan berupa gas yang terus terjadi selama 10 tahun terakhir.

"Penemuan eksplorasi bahwa didominasi penemuan dari gas, lebih dari 50 persen penemuan sumur eksplorasi dalam satu dekade dari gas, 70 persen adalah PoD (Rencana Pengembangan) gas," kata Shinta.

Sementara itu, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji menyatakan proyeksi meningkatnya penggunaan gas diakibatkan oleh tren penggunaan energi yang lebih bersih.

Gas selama ini dianggap jauh lebih rendah emisi dari pada bahan bakar fosil lainnya sehingga wajar jika fasilitas pengolahan gas yang ada akan sangat diandalkan di masa yang akan datang.

"Selain itu pengembangan hilirisasi ke industri-industri yang ke depan itu menjadi industri tulang punggung negara kita adalah industri maju yang membutuhkan gas nggak hanya sebagai energi tapi gas sebagai feedstock," ujar Tutuka.

Dia menyatakan ada beberapa faktor dalam peningkatan monetisasi gas diantaranya dari sisi penyerapan gas serta dari sisi infrastruktur.

Menurut Tutuka, ke depan ekosistem gas harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga potensi yang ada bisa dioptimalkan. Selama ini industri bersama dengan pembangkit listrik menjadi konsumen terbesar gas di dalam negeri. Pemerintah kini juga tengah mendorong agar konsumen rumah tangga juga bertambah melalui pembangunan jaringan gas (jargas).

Dalam meningkatkan pemanfaatan gas, tidak bisa dilepaskan dari ketersediaan infrastruktur. Dengan kondisi geografis yang dimiliki Indonesia maka salah satu pilihan untuk pengembangan potensi gas yang ada dengan memanfaatkan fasilitas LNG yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

"Sebagai contoh manufaktur atau pabrik apa yang akan dibangun untuk menyerap produksi gas yang baru, itu artinya kita sudah mempunyai demand yang merupakan upaya peningkatan kemampuan dalam negeri juga. baik dari segi pengelolaan pembangunan dan SDM, teknologi juga kita sebut sebagai downstreaming hilirisasi terkoneksi hulu pemasok dan hilir," kata Tutuka.

Baca juga: Badak LNG berkolaborasi dengan PLN terapkan inovasi efisiensi energi

Baca juga: PT BKI-Badak LNG kerja sama sertifikasi dan pengembangan sumber daya

Baca juga: Pupuk Kaltim sambut baik langkah Badak LNG untuk adopsi program KJA

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023