Pencapaian laba yang baik ini didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi di kuartal ketiga
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memperoleh laba bersih sebesar Rp15,8 triliun, tumbuh 15,1 persen per September 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
"Pencapaian laba yang baik ini didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi di kuartal ketiga," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam konferensi pers yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.
BNI mencatatkan pertumbuhan kredit per September 2023 sebesar 7,8 persen yoy menjadi Rp671,4 triliun, yang didorong oleh ekspansi di segmen berisiko rendah, yaitu korporasi blue chip baik swasta dan badan usaha milik negara (BUMN), kredit konsumer, dan perusahaan anak.
"Sebagai dampak dari akselerasi kredit di segmen berisiko rendah, kualitas aset terus membaik yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dan rasio Loan at Risk (LaR)," ujar Royke.
Sementara rasio NPL per September 2023 berada di level 2,3 persen, membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 3 persen, dan LAR tercatat sebesar 14,4 persen per September 2023, yang membaik dibandingkan dengan posisi 19,3 persen pada September 2022.
Kualitas aset yang terus membaik membuat perseroan dapat mengurangi pembentukan beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN). Hal tersebut membuat credit cost membaik dari 2 persen pada September 2022 menjadi 1,4 persen pada September 2023.
Royke menuturkan di tengah naiknya risiko ekonomi global, BNI mengambil langkah prudent dengan membangun likuiditas yang kuat. Hingga September 2023, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh 9,1 persen yoy mencapai Rp747,6 triliun.
Menurut dia, tren kenaikan suku bunga acuan yang mempengaruhi biaya bunga dana (Cosf of Fund/CoF) sedang mengalami tren peningkatan dan fenomena itu terjadi merata di industri perbankan. Namun, CoF BNI berada di kisaran 2 persen, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi COVID-19 di atas 3 persen.
"Hal ini juga tentunya didukung oleh channel digital BNI, yang mampu menghadirkan layanan yang kompetitif untuk mendorong pertumbuhan giro dan tabungan berbasis transaksi yang kuat," katanya.
Rasio kecukupan permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) terus meningkat dari 18,9 persen per September 2022 menjadi 21,9 persen per September 2023, jauh di atas persyaratan modal minimum sebesar 13,8 persen.
"Tingginya rasio kecukupan permodalan ini memberikan BNI kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ekspansi bisnis dan investasi BNI group," katanya.
Baca juga: Dirut BNI: Sektor perbankan RI punya ketahanan dalam hadapi krisis
Baca juga: Penghimpunan devisa hasil ekspor BNI naik 66 persen per Agustus 2023
Baca juga: BNI salurkan kredit berorientasi ekspor Rp28,53 triliun
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023