Cilacap (ANTARA) - Sekelompok anak sekolah dasar tampak mengelilingi lahan sawah di Desa Mernek, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang kini dijadikan sebagai Kawasan Wisata Pertanian (Kawista).
Sesekali mereka memperhatikan tanaman padi maupun tanaman lainnya yang dibudidayakan di tempat itu, baik secara konvensional maupun hidroponik. Bahkan, di tempat itu juga terdapat kandang kambing serta alat untuk mengeringkan gabah.
Kawista Mernek, Kecamatan Maos, Cilacap, memang telah dibuka sejak tahun 2020, namun dalam perjalanannya terdampak pandemi COVID-19.
Kini, Kawista Mernek hadir dengan wajah baru karena jalur pengunjung tidak lagi menggunakan jembatan bambu, melainkan diganti dengan paving demi kenyamanan dan keamanan pengunjung.
Bahkan, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Ngudi Rahayu" selaku pengelola Kawista Mernek pada hari Sabtu (28/10) meluncurkan paket wisata berupa Main Bina Ilmu dan Teknologi (Mabit) Kawista yang menyasar kalangan pelajar.
Peluncuran Mabit Kawista yang dilakukan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda itu bukan tanpa alasan, karena BUMDes "Ngudi Rahayu" ingin menumbuhkan semangat bertani sejak dini kepada generasi muda.
"Kami ingin mengedukasi anak-anak dan pelajar tentang bagaimana bercocok tanam padi, mulai dari memilih benih, menanam, hingga panen," kata Ketua BUMDes "Ngudi Rahayu", Heriyanto.
Selain belajar menanam padi, anak-anak juga bisa mempelajari budi daya buah melon secara hidroponik maupun cara beternak kambing di Kawista Mernek yang memanfaatkan lahan kemakmuran desa seluas 0,4 hektare, sedangkan yang digunakan untuk percontohan seluas 1,7 hektare.
Binaan Pertamina
Kawista Mernek sebenarnya hanyalah salah satu bagian dari kegiatan program tanggung jawab sosial lingkungan (TJSL) PT Pertamina Patraniaga Fuel Terminal (FT) Maos, Cilacap, yang dilakukan sejak tahun 2019.
Dalam hal ini, Pertamina menggandeng Pemerintah Desa Mernek untuk melaksanakan program Kampung Iklim dengan nama Mernek Jenek. Istilah Mernek Jenek memiliki maksud atau harapan agar warga Desa Mernek dapat tetap tinggal di desanya dan tidak berpindah tempat ke kota lain untuk mencari pekerjaan atau menjadi TKI.
Oleh karena itu, Pemdes Mernek menyusun empat pilar dalam upaya mendukung Kampung Iklim Mernek Jenek. Pilar pertama berupa kemandirian ekonomi, pilar kedua berupa pertanian, peternakan, dan perikanan, pilar ketiga berupa desa yang aman dan kondusif, serta pilar keempat berupa desa lestari yang berwawasan lingkungan hidup.
Bahkan, program Kampung Iklim Mernek Jenek berhasil mengantarkan PT Pertamina Patraniaga FT Maos meraih Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dua kali berturut-turut, yakni pada tahun 2020 dan 2021.
Terkait keberadaan program TJSL yang dilakukan PT Pertamina Patraniaga FT Maos di Desa Mernek, Kepala Desa Mernek, Bustanul Arifin, mengatakan pihaknya punya prinsip untuk selalu bersinergi tanpa batas dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Pertamina yang dimulai tahun 2019.
"Sampai tahun ini berarti sudah lima tahun berjalan dan alhamdulillah didukung oleh dinas-dinas terkait," ungkapnya.
Oleh karena pendampingan yang dilakukan oleh Pertamina sudah lima tahun berjalan, pihaknya sudah mulai bersiap untuk menuju mandiri terutama dari sisi keamanan di Desa Mernek.
Selain itu, BUMDes "Ngudi Rahayu" selaku pengelola Kawista Mernek juga telah diajak untuk menghidupkan destinasi wisata tersebut dengan baik. Kegiatan-kegiatan pemuda Desa Mernek pun sudah mulai mandiri tanpa adanya bantuan dari pemdes. Demikian pula dengan kegiatan-kegiatan di sektor perekonomian lainnya seperti peternakan jangkik dan sebagainya telah bersiap untuk mandiri.
Kendati telah siap untuk mandiri, motivasi dari Pertamina dan pihak lain terhadap masyarakat Desa Mernek tetap diharapkan.
Terkait dengan Mabit Kawista yang baru diluncurkan, Mabit Kawista mengusung konsep menceritakan perjalanan petani mulai dari persiapan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, hingga panen termasuk inovasi alat pengering padi atau gabah yang dinamakan Pinky Rudal.
Keberadaan Kawista Mernek didasari oleh profesi sebagian besar warga yang bekerja sebagai petani, sehingga hadirlah wahana rekreasi yang dapat dijadikan sebagai tempat edukasi tersebut.
Edukasi yang ditawarkan adalah edukasi yang mengajak generasi muda untuk mengetahui ilmu pertanian mengingat profesi petani merupakan salah satu penyokong negeri.
Selain itu, Kawista Mernek juga memberikan edukasi mengenai pelestarian lingkungan dengan penggunaan pupuk semi organik, bukan pupuk organik murni karena pupuk kimia tetap dibutuhkan.
Sementara keberadaan alat pengering gabah yang disebut Pinky Rudal di Kawista Mernek ditujukan untuk mengedukasi bahwa dalam kondisi cuaca yang tidak menentu akibat adanya perubahan iklim, petani tetap bisa mengeringkan gabah hasil panennya dengan menggunakan alat tersebut.
Keberadaan Kawista Mernek diharapkan dapat mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kawista Mernek dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran luar ruang bagi pelajar di Kecamatan Maos dan sekitarnya mengingat wilayah tersebut sangat erat dengan pertanian.
Apalagi Maos merupakan lumbung padi Kabupaten Cilacap, Cilacap merupakan salah satu lumbung padinya Indonesia.
Diharapkan ada suatu kolaborasi antara lembaga desa dan lembaga-lembaga di luar desa guna memberikan sumbangsih untuk Indonesia, yakni bersama-sama membangun Indonesia dari desa.
Sementara itu, Supervisor Health Safety Security and Environment (HSSE) PT Pertamina Patraniaga FT Maos Faries Fardian A mengatakan pihaknya melihat profesi petani saat sekarang kurang diminati. Padahal, Presiden Soekarno pada tahun 1952 menyebut petani sebagai akronim penyangga tanah negara Indonesia. "Petani merupakan salah satu penyokong yang menghasilkan sumber pangan bagi bangsa Indonesia," ungkapnya.
Oleh karena itu, Kawista Mernek diharapkan bisa menjadi salah satu potret untuk membangkitkan petani-petani muda yang ada di Kabupaten Cilacap.
Dengan bangkitnya petani-petani muda khususnya di Kabupaten Cilacap yang merupakan salah satu lumpung padi nasional, diharapkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam sektor pertanian seperti regenerasi petani dapat teratasi.
Dengan demikian, Indonesia yang merupakan negara agraris dapat kembali mewujudkan swasembada pangan berkat kehadiran petani-petani muda dengan berbagai inovasi yang mereka kembangkan untuk kemajuan sektor pertanian.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023