Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat mencari kolaborator dalam rangka pembuatan tangki septik di wilayah Rawa Buaya, Cengkareng
karena terdapat sekitar 83 keluarga yang masih buang air besar sembarangan (BABS) di RT 04 wilayah tersebut.
Perusahaan Umum Daerah Air Minum Jaya (PAM Jaya) sebagai kolaborator berencana hanya membuat delapan tangki septik untuk jumlah keluarga yang tanpa tangki septik tersebut.
"Kemarin kan sudah ada kolaboratornya, itu PAM Jaya," kata Ketua Subkelompok Kesehatan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Jakarta Barat, Endang Tri Rahayu saat dihubungi di Jakarta pada Selasa.
Tapi jumlah yang dibangun belum mencukupi. "Cuma mau sekitar delapan rumah, cuma 10 persen ya. Maka sekarang sedang cari kolaborator lain," katanya.
Baca juga: Satpol PP Jakbar tegur warga yang rumahnya tak miliki tangki septik
Hingga kini, pembuatan tangki septik yang berkolaborasi dengan PAM Jaya tersebut masih dalam proses pembahasan Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Sudin PRKP) Jakarta Barat.
"Masih dibahas Sudin PRKP. Nanti hasil pembahasannya akan dibahas kembali dengan pihak PAM Jaya," kata Endang.
Endang menyebutkan RW 04 merupakan pemukiman di pinggir kali sehingga warga membuat saluran pembuangan tinja langsung menuju kali.
Dia a menyebutkan, pembuatan tangki septik di lain, yakni RW 02 Rawa Buaya bagi 15 keluarga juga sedang ditangani Kementerian Kesehatan. "Di RW 02 ada 15 rumah, kita kerjasama dengan Kementerian Kesehatan," kata Endang.
Baca juga: Pemkot Jakbar terima bantuan 130 tandon air dari PAM Jaya
"Mudah-mudahan secepatnya tahun ini bisa terealisasi, karena survei sudah dilakukan, tinggal nanti penghitungan dari pihak kolaborator (PAM Jaya), baru mereka bangun. Intinya tahun ini kita targetkan selesai," kata Endang.
Endang menuturkan, terdapat sekitar 25.000 warga Jakarta Barat (Jakbar) masih BABS pada tahun 2022.
"Sekitar 25 ribu sekian warga yang masih BABS tahun 2022. Tapi perlu konfirmasi dari Sudin Kesehatan Jakbar dulu ya," kata Endang.
Endang menyebutkan BABS juga dapat berujung pada masalah stunting karena membuat lingkungan kotor dan tidak sehat.
"Lingkungan yang tidak sehat itu bisa menyebabkan diare pada balita. Diare itu membuat kesehatan tubuh balita berkurang dan dapat berpengaruh pada gizinya, yang kemudian berujung pada masalah stunting," ungkap Endang.
Baca juga: Jakbar gelar "Jumat Berfaedah" untuk kejar kebutuhan tangki septik
Secara terpisah, Lurah Rawa Buaya, Junaidi berharap agar tahap pembangunan fisik segera dilakukan untuk mewujudkan wilayah Kelurahan Rawa Buaya yang bebas BABS.
"Harapannya, dengan adanya tangki septik ini masyarakat nanti bisa bebas BABS gitu. Apa lagi itu corong-corong atau pipa-pipa pembuangan tinja itu kan ke kali langsung, justru itu yang bikin kurang sehat," imbuhnya.
Harapannya tersebut, kata Junaidi, lantaran ketika air kali meluap, pipa pembuangan tersebut menjadi akses masuk air ke rumah warga yang bisa menyebabkan banjir dan berpotensi membawa banyak penyakit.
"Nanti kalau air udah naik, malah air kali yang ke dalam rumahnya kan gitu. Jadi itu sebenarnya corong-corong yang bikin banjir juga sebenarnya, belum lagi enggak sehat kalau menurut dari ahli kesehatan ya," kata Junaidi.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023