Studi yang didukung oleh Institut Kesehatan Nasional AS itu memperkirakan bahwa orang dewasa berusia 65 tahun ke atas serta orang dewasa berkulit hitam kemungkinan akan paling terdampak secara tidak proporsional.
Meski panas ekstrem saat ini menyumbang kurang dari 1 persen kematian terkait kardiovaskular, analisis pemodelan memperkirakan hal ini akan berubah karena kenaikan suhu pada hari-hari musim panas diproyeksikan akan mencapai setidaknya 90 derajat Fahrenheit atau 32,2 derajat Celsius.
Warga lanjut usia dan orang dewasa berkulit hitam akan menjadi kelompok paling rentan karena banyak dari mereka memiliki kondisi medis bawaan atau menghadapi hambatan sosial ekonomi yang dapat memengaruhi kesehatan, seperti tidak memiliki penyejuk udara (AC) atau tinggal di lokasi yang dapat menyerap dan memerangkap panas, sebut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Circulation itu.
"Beban kesehatan akibat panas ekstrem akan terus bertambah dalam beberapa dekade mendatang," kata Sameed A. Khatana, salah satu peneliti dalam studi ini, yang juga ahli kesehatan jantung sekaligus assistant professor bidang kedokteran di Universitas Pennsylvania.
"Karena dampak panas ekstrem yang tidak merata pada populasi yang berbeda, hal ini juga menjadi masalah kesetaraan kesehatan dan dapat memperburuk kesenjangan kesehatan yang sudah ada."
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023