Jakarta (ANTARA) - Aktris Prilly Latuconsina membagikan ceritanya saat berakting di proyek terbaru bersama sutradara Wregas Bhanuteja dalam film “Budi Pekerti” yang menurut dia cukup menantang dan membuatnya mempelajari banyak hal.

“Aku mempelajari hal baru sama Kak Wregas dan aku bersyukur banget bisa jadi bagian dari ‘Budi Pekerti’ ini karena aku ngerasa jadi kayak sekolah akting lagi,” kata Prilly saat ditemui dalam acara penayangan perdana film “Budi Pekerti” di Jakarta Pusat, Senin.

Meskipun sudah membintangi banyak film dan serial, Prilly mengaku masih harus mempelajari karakternya sebagai Tita di film itu. Mulai dari mempelajari bahasa Jawa, melatih ekspresi wajah, hingga proses syuting yang mendetail bersama Wregas.

Baca juga: "Budi Pekerti" diputar di festival film dunia, ini kata para pemain

Baginya, Wregas adalah salah satu sutradara yang sangat detail dan kerap memberikan ilmu baru padanya sehingga proses syuting dapat dijalankannya dengan baik di tengah banyaknya hal yang harus dia pelajari.

“Belajar bahasa Jawa tiga bulan, reading, terus reading-nya bukan bareng sama pemain aja, tapi, juga ada sesi berdua sama Kak Wregas. Mempelajari otot muka aku sendiri, banyak banget prosesnya,” kata Prilly.

Prilly mengakui ada hal-hal berarti selama proses syuting belum pernah dia alami pada proyek-proyek film sebelumnya.

Di film “Budi Pekerti”, Prilly harus memerankan karakter anak perempuan yang selalu memendam emosinya sehingga dia perlu menjaga agar ekspresi wajahnya datar dan emosi-emosi tertentu dari setiap adegan dapat tersampaikan dengan baik, meskipun dilakukan tanpa dialog. Sebagai aktris yang sering mendapat karakter perempuan ekspresif, baik dalam berbicara maupun berekspresi, karakter Tita menjadi salah satu karakter menantang baginya.

“Mungkin kalau pernah nonton film aku sebelumnya, aku biasanya kalau akting tuh ‘meledak’, nangis, ya, nangis, ketawa, ya, ketawa,” kata perempuan kelahiran 15 Oktober 1996 itu.

Dia menambahkan “Tapi, Tita ini lebih diam menyimpan perasaannya di dalam, mau lewat mata aja (ekspresinya)".

Baca juga: Film “Budi Pekerti” buka Jakarta Film Week 2023

Tidak sampai di situ, Wregas selaku sutradara kerap melakukan improvisasi dengan menambahkan detail-detail di beberapa adegan Prilly dalam film itu Oleh karena itu, Prilly sekali lagi harus menantang dirinya dengan melakukan detail tambahan atas permintaan sang sutradara.

Permintaan tambahan Wregas itu beralasan. Dia dikenal sebagai salah satu sutradara yang detail untuk menceritakan latar belakang karakter atau peristiwa di dalam film-filmnya, baik dari segi pesan semiotik maupun kesesuaian cerita dengan lokasi syuting.

“Ada banyak request menarik, ya, Kak, seperti air mata keluar dari mata kiri aja, terus dialog ini sambil menggigit bibir, abis dialog menelan ludah. Detail-detail itu nggak pernah aku pelajari sebelumnya,” kata Prilly.

Adegan air mata yang hanya keluar dari mata kiri sendiri memiliki pesan yang dalam. Air mata yang hanya keluar dari kiri merupakan pertanda bahwa seseorang sedang mengalami sakit yang luar biasa (batin atau fisik).

Prilly pun mengapresiasi Wregas yang telah sedemikian rupa membuat set penceritaan dengan detail seperti ini. Dia pun menikmati proses syuting yang sebagian besar berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut.

“Aku mempelajari banyak hal baru sama Kak Wregas dan bersyukur banget bisa jadi bagian dari ‘Budi Pekerti’ ini,” kata Prilly.

Baca juga: Sha Ine Febriyanti riset tiga bulan untuk peran di “Budi Pekerti”

Baca juga: Film "Satu Hari dengan Ibu" jajaki penayangan di Malaysia

Baca juga: Tiga karya sineas Indonesia berhasil tayang perdana di BIFF 2023

Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023