"Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi harga dan pasokan yang seringkali fluktuatif di pasar. Oleh karena itu kami selalu berupaya memfasilitasi dan mendorong IKM pangan dengan berbagai kegiatan pembinaan serta memfasilitasi kemitraan antara IKM dengan produsen bahan baku dan bahan penunjang," ujar Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah.
Hal tersebut diungkapkan dalam sambutan pada Penandatangan Nota Kesepahaman antara Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) dengan Koperasi Mitra Optima UKM DKI Jakarta di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Kamis.
Menurut dia, saat ini saat ini daya saing IKM pangan masih rendah apalagi menghadapi perdagangan bebas ASEAN pada 2015 dimana semua pihak berharap dapat bertahan di pasar dalam negeri serta mampu bersaing dengan negara lain.
Dengan adanya nota kesepakatan tersebut, Dirjen IKM berharap dapat memberikan jaminan pasokan gula kristal rafinasi kepada industri kecil menengah olahan pangan melalui komitmen para anggota AGRI dalam kemitraannya dengan para produsen kecil menengah olahan pangan.
"Kami berharap IKM mendapatkan manfaat dari kesepahaman ini yang nantinya akan terus mendorong perkembangan usaha industrinya. Kami bekerjasama dengan Dinas KUKM dan Perdagangan setempat akan terus memantau dan memastikan maksud dan tujuan yang telah disepakati dapat berjalan dengan baik," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa IKM berperan penting dalam tatanan perekonomian nasional mengingat jumlah unit usaha IKM yang mencapai 90 persen dari total industri nasional.
Dari sisi karakteristik ekonomi sosial di Indonesia, IKM merupakan suatu kekuatan untuk mewujudkan pembangunan di Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah dengan berbagai keragaman jenis dan produknya.
Ditambahkannya, jumlah IKM pangan hampir mendominasi jumlah total IKM di Indonesia. Sebanyak 1,5 juta unit dari 3,8 juta total unit IKM nasional merupakan industri pangan olahan.
Selain itu, pertumbuhan industri pangan relatif tinggi, rata-rata 16 persen di atas pertumbuhan IKM pangan yang hanya sekitar 10 persen.
"Pada saat ini industri pangan merupakan kebutuhan primer yang diharapkan akan dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri," ujar dia.
Namun, di sisi lain, ia mengatakan, dalam menjalankan usahanya IKM pangan dihadapkan oleh berbagai tantangan dan kendala antara lain keterbatasan teknologi, SDM, fluktuasi harga bahan baku dan penolong, serta keterbatasan modal. Karena itu, Ditjen IKM terus berupaya menfasilitasi berbagai kegiatan pembinaan dan kemitraan agar tercapai peningkatan daya saing.
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013
