"Workshop (lokakarya) ini lebih dari sekadar demonstrasi teknik," kata Dubes RI untuk Kazakhstan dan Tajikistan Fadjroel Rachman dalam pembukaannya, sebagaimana rilis pers diterima di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan lokakarya tersebut merupakan kesempatan untuk membentuk hubungan, berbagi gagasan dan memperkuat ikatan budaya antara kedua negara.
Dengan bekerja bersama, kita tidak hanya menciptakan karya batik yang indah, tetapi juga menciptakan hubungan yang berkelanjutan yang akan memperkaya pemahaman kita tentang budaya masing-masing," katanya.
Kolaborasi batik tersebut, lanjut dia, adalah untuk merayakan kreativitas, persahabatan, dan kekuatan budaya yang ada di kedua negara.
Baca juga: Dubes Heri: Batik akan terus dipromosikan di Jepang sampai kapan pun
"Mari kita hargai momen-momen yang kita habiskan bersama, belajar satu sama lain, dan merayakan seni yang hidup yang telah membawa kita ke sini hari ini," ujarnya.
Kegiatan lokakarya batik diselenggarakan dalam rangka memperingati 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Kazakhstan untuk menggambarkan eratnya hubungan kedua negara dalam bentuk budaya khazanah Indonesia berupa karya seni batik.
Kegiatan lokakarya batik diikuti oleh 25 peserta yang seluruhnya warga Kazakhstan dan diadakan sebagai upaya soft diplomacy (diplomasi lunak) KBRI Astana untuk membentuk citra positif Indonesia di negara akreditasi.
Kegiatan dilakukan mulai dari menggambar desain, pewarnaan, dan penggunaan canting serta proses akhir yang disampaikan secara menarik oleh para narasumber kepada seluruh peserta.
Baca juga: Menkominfo: Istana Berbatik ajang promosi warisan budaya Indonesia
Salah satu peserta, Beket Safiyanur, mengaku senang mengikuti kelas membatik tersebut.
"Saya mengikuti kelas batik yang sangat kreatif. Bagi saya program ini mengesankan dan menambah pengetahuan saya," kata warga Kazakhstan yang juga mengikuti kelas Bahasa Indonesia tersebut.
Sementara itu, pengajar kelas batik Deby Rahmayanti optimistis bahwa batik bisa menjadi salah satu pintu diplomasi budaya Indonesia di Kazakhstan.
"Antusiasme peserta sangat bagus karena beberapa peserta yang ikut memiliki latar belakang seni, seperti guru seni di sekolah, juga ada penggiat seni," katanya.
Batik, menurut dia, bisa menjadi pintu diplomasi budaya karena merupakan bagian dari kehidupan masyarakat di Kazakhstan.
"Dalam batik ada nilai-nilai hidup orang Indonesia, seperti kesabaran, kedisiplinan, dan ketelitian," kata alumni UIN Sunan Kalijaga tersebut.
Baca juga: KBRI dan DWP KBRI Astana gelar Gastrodiplomasi lewat kelas memasak
Baca juga: Jokowi ajak masyarakat Indonesia bangga terhadap batik
Pewarta: Katriana
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023