Jakarta (ANTARA) - Lembaga riset dan pengkajian Sino-Nusantara Insitute bersama Prodi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang menggelar seminar nasional membahas perang yang terjadi antara Israel dan Palestina.
Melalui rilis pers yang diterima di Jakarta, seminar yang digelar di Semarang pada Sabtu itu mengangkat tema "Membaca Geopolitik Konflik Israel-Palestina".
Dalam seminar tersebut, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Unwahas Andi Purwono menggarisbawahi keberpihakan Amerika Serikat (AS) terhadap Israel dalam konflik tersebut.
"Sejarah mencatat terdapat keberpihakan Amerika Serikat, khususnya terkait kepentingan nasionalnya, antara lain menjaga kelangsungan impor minyak serta menjaga eksistensi Israel," katanya.
Untuk itu, ia mendorong peran China guna memediasi upaya penyelesaian konflik.
"Peran China sangat dinanti khususnya dalam hal mediasi, sebagaimana dilakukan saat menormalisasi Arab Saudi dengan Iran," katanya.
Senada dengan Andi, Peneliti Pusat Riset Politik BRIN Nostalgiawan Wahyudi juga berbicara tentang adanya tekanan AS dalam konflik Israel-Palestina.
"AS dan sekutunya memberi dukungan besar kepada Israel dalam persenjataan dan politik. Sikap standar ganda Barat juga begitu terang-terangan," katanya.
Dukungan sikap dari AS dan negara-negara Barat terhadap Israel tersebut bahkan dilakukan melalui LSM internasional yang mendapat dukungan dana Barat, seperti World Uighur Congress (WUC), tambah Direktur Sino-Nusantara Institute Ahmad Syaifudin Zuhri, yang juga berbicara dalam seminar tersebut.
Zuhri menyebutkan bahwa WUC secara terang-terangan mendukung Israel. Dukungan WUC tersebut, menurut Zuhri, sangat ironis, mengingat bahwa lembaga itu selama ini mengklaim telah mengkampanyekan HAM etnik Uighur Xinjiang di China ke seluruh dunia.
Dalam pernyataan resminya pada 9 Oktober, WUC bahkan sama sekali tidak menyinggung korban Israel di Gaza, seperti dikutip dari posting yang diunggah Presiden WUC Dolkun Isa di akun media sosial X pada 10 Oktober.
Pernyataan WUC, kata Zuhri lebih lanjut, juga diperkuat sikap Rushan Abbas dan Omer Kanat, aktivis Uighur Human Right Program (UHRP), yang beberapa kali datang ke Indonesia dan Malaysia untuk berkampanye mencari dukungan organisasi dan kelompok Muslim untuk aktivitasnya.
Zuhri pada akhirnya berharap agar tragedi kemanusiaan yang terjadi antara Israel dan Palestina tidak sampai berkepanjangan.
"Konflik kemanusiaan ini harus segera dihentikan dengan upaya bersama," katanya.
Baca juga: Biden bungkam saat ditanya apakah Israel melanggar hukum perang
Baca juga: China kecewa AS veto resolusi Dewan Keamanan tentang Israel-Palestina
Baca juga: Pejabat AS mundur, kecewa dengan cara Biden tangani Israel-Palestina
Pewarta: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023