Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Agama Bidang Toleransi, Radikalisme, dan Pesantren Nuruzzaman mengatakan pesantren dan santri berperan penting menanamkan Islam moderat dari masa ke masa di Tanah Air.

"Pesantren memiliki peranan penting dalam peradaban Bangsa Indonesia," kata Nuruzzaman dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Kader GP Anshor itu menjelaskan, sentimen ini bisa ditarik mundur hingga zaman pra-kolonialisme yang membuktikan bahwa banyak pesantren telah berdiri sebelum adanya sekolah formal.

Sistem pendidikan pesantren, kata dia, sudah mencetak jutaan santri, kemudian menjadi faktor penting dalam menentukan sikap nasionalisme terhadap Indonesia yang bisa mewadahi segala perbedaan.

Jumlah pesantren yang sekitar 36 ribu di seluruh Indonesia, ujar dia, menunjukkan bahwa pesantren memiliki fungsi pendidikan yang sangat penting dalam melakukan penguatan pemahaman keagamaan dan wawasan kebangsaan yang lebih baik.

"Jadi hubbul wathon minal iman (mencintai bangsa merupakan tanda keimanan) itu munculnya dari pesantren. Kalau ada pesantren yang tidak mengajarkan itu ya perlu ditanyakan ke-pesantrenan-nya," tuturnya.

Lebih lanjut Nuruzzaman mengatakan, selain sebagai salah satu jenis lembaga pendidikan, pesantren juga memiliki peran dakwah. Pesantren yang memiliki pemahaman keagamaan yang sesuai dengan nilai-nilai Bangsa Indonesia.

Tidak hanya itu, nilai-nilai Bangsa Indonesia itu kemudian didakwahkan kepada masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal ini dilakukan agar pemahaman keagamaan Islam di Indonesia tidak tercampur ideologi transnasional yang sudah terbukti memiliki kaitan dengan berbagai tindak kekerasan dan perbuatan makar.

Nuruzzaman yang juga berasal dari kalangan santri ini pun menerangkan, peran dakwah yang dilakukan pesantren itu dilakukan oleh para kiai (pengasuh pesantren). Dakwah pada konteks ini tidak hanya ceramah saja, tetapi para kiai ini juga datang ke masyarakat sekitar secara langsung, ataupun masyarakat yang mendatangi pada Kiai untuk menanyakan persoalannya.

"Bahkan kiai-kiai di berbagai kampung dan pesantren, sampai urusan bercocok tanam, memberikan nama bayi yang baru lahir, menentukan waktu menikah, menentukan banyak hal, itu ditanyakan ke kiai setempat," ujarnya.

Ia mengatakan dakwah yang dilakukan oleh kiai dan memenuhi fungsi pesantren yang selanjutnya, yaitu memiliki peran pemberdayaan masyarakat.

Baca juga: Dari Bumimoro, menggugah nasionalisme santri untuk Indonesia

Baca juga: Anggota DPR RI: Santri menjadi inspirasi bagi pembangunan

"Pesantren sebagai sebuah lembaga independen dan pendidikan dakwah yang lahir dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, bisa memberikan peran pemberdayaan dan pendampingan terhadap masyarakat luas," jelasnya.

Saat ini, kata dia, pesantren juga mendapatkan perhatian lebih dari negara dengan disahkan-nya Undang-Undang Pesantren di tahun 2019 lalu, di dalam dalam undang-undang tersebut setidaknya mencakup tiga aspek. Pertama adalah fungsi pesantren sebagai penyebaran dakwah, lembaga pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

"Jelas pesantren selama ini mengajarkan santri-santri-nya itu untuk memahami pemahaman keagamaan yang baik dan moderat. Bahkan mengambil peranan dalam mengajarkan nasionalisme sesuai dengan perspektif Islam," ujarnya.

Ia melanjutkan, dalam memberikan pemahaman hubbul wathon minal iman, pesantren-pesantren Indonesia memiliki tiga prinsip yang harus dimengerti oleh para santri-nya, antara lain adalah ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariyah.

Ukhuwah Islamiyah berarti mempersaudarakan sesama umat Islam. Ukhuwah wathoniyah berarti peduli terhadap sesama anak bangsa Indonesia, terlepas apapun agama atau keyakinannya. Sementara itu, ukhuwah basyariyah berarti bisa saling tolong menolong dengan sesama manusia, apapun negara, suku, bangsa, atau agamanya.

Sikap ini kata dia, seperti halnya dengan Indonesia yang konsisten mendukung Palestina. Padahal Palestina letaknya berjauhan dari Indonesia, namun secara kemanusiaan kedua negara juga saudara, baik secara ukhuwah islamiyah maupun ukhuwah basyariyah.

"Kita di Indonesia, khususnya para santri, senantiasa mendoakan mereka. Tidak lupa pula kita memberikan bantuan berupa kebutuhan-kebutuhan dasar, dan dukungan politik," ujarnya.

Adapun dukungan politik yang diberikan yakni mendesak pemerintah negara Republik Indonesia untuk melakukan konsolidasi di kancah internasional agar konflik Palestina dan Israel segera berakhir.

Walaupun demikian, lanjutnya, anak bangsa Indonesia juga jangan melupakan bahwa di Indonesia sendiri banyak persoalan kemanusiaan yang belum usai.

“Banyak rakyat kita yang juga yang secara ekonomi belum mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya," ucapnya.

Menurut dia, persoalan anak bangsa seperti belum bisa mengakses pendidikan karena jarak yang jauh, atau bahkan tidak ada pesantren dan sekolah. Bahkan masih ditemukan di Indonesia, ada kasus agama tertentu yang susah mendirikan tempat ibadahnya.

"Itu semua adalah bagian dari ukhuwah wathoniyah, dan ini juga menjadi tugas bersama, baik santri, masyarakat umum, serta pemerintah," ujar Nuruzzaman.

Untuk itu, Nuruzzaman menyampaikan harapan agar pesantren-pesantren di Indonesia bisa kuat secara ekonomi. Dengan begitu, pesantren akan banyak memberikan kontribusi positif kepada masyarakat, termasuk terhadap pemerintah.

Telah kuat secara ekonomi, pesantren juga tidak akan bisa terkooptasi oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu, tetapi justru pesantren bisa lebih bicara soal politik adiluhur, politik kebangsaan dan politik kerakyatan.

"Kalau pesantren ini bisa berdaya secara ekonomi, maka kemudian yang paling penting adalah bagaimana pemerintah memberikan dukungannya untuk mendorong pesantren dan para santri-nya memiliki daya lebih untuk membaktikan dirinya bagi bangsa dan negara," tutur Nuruzzaman.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023