Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aslim Tadjuddin, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini terjadi hanya akibat faktor eksternal, sehingga diperkirakan rupiah akan terus stabil di sekitar 9.200 per dolar AS.
"Pelemahan hari ini disebabkan faktor eksternal yang terus kita
perhatikan dan itu karena
'future growth oil' naik jadi 78 dolar AS," kata Aslim di Jakarta, Jumat.
Namun menurutnya, kenaikan harga minyak justru menguntungkan Indonesia karena menambah surplus neraca pembayaran di sisi minyak dan gas.
"Neraca di minyak memang defisit, tapi yang di gas surplus jauh lebih besar, jadi dibanding negara yang hanya impor minyak, dampaknya tidak lebih buruk seperti Korsel dan Jepang," katanya.
Kondisi itu, lanjutnya, membuat mata uang regional mengalami pelemahan. "Kita sendiri juga terpengaruh faktor ini saja, bukan faktor dalam negeri. Tetapi hemat saya rupiah akan stabil di sekitar 9.200 per dolar AS," katanya.
Aslim juga memperkirakan pelemahan nilai tukar karena naiknya harga minyak ini hanya sebentar, dan akan segera menguat kembali.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI, Hartadi Sarwono, mengatakan BI terus memantau perkembangan eksternal yang terjadi dan menyiapkan untuk melakukan intervensi jika diperlukan.
"Intervensi selalu kita lakukan. Kita selalu ada intervensi jika ada kepanikan atau fluktuasi besar," katanya.
Nilai tukar rupiah Jumat ini melemah menjadi 9.150 per dolar AS setelah beberapa hari sebelumnya terus menguat hingga posisi 9.050 per dolar AS. (*)
Copyright © ANTARA 2006