Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda TNI Julius Widjojono meluruskan informasi yang beredar di media sosial mengenai tembakan mortir ke arah Markas Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) yang berlokasi tidak jauh dari perbatasan Lebanon-Israel.
Julius meluruskan tayangan yang dinarasikan di media sosial sebagai serangan mortir Israel merupakan tembakan suar (flare) dari pihak yang bertikai.
“Yang ada di media sosial, yang beredar beberapa hari ini, terutama tadi malam itu hanya roket flare. Roket flare itu untuk memberikan penerangan pada malam hari,” kata Kapuspen TNI saat ditemui di Markas Besar TNI, Jakarta, Kamis.
Walaupun demikian, kata dia, tembakan flare juga kerap digunakan untuk mengukur jarak dan aktivitas di daerah yang menjadi sasaran tembak.
“Roket flare untuk menerangi kegelapan malam, durasinya sekitar 40 detik biar terang. Musuh — atau pihak yang melemparkan roket akan melihat aktivitas, posisi dari area tersebut, dan ini sudah diantisipasi,” kata Julius.
Dia menambahkan sisa flare memang dapat merusak misalnya apabila jatuh di atap bangunan, namun, tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan yang fatal.
Di Lebanon, ada 1.229 prajurit TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian PBB (UNIFIL) dan berjaga di daerah selatan dan di sepanjang perbatasan darat dan laut Israel-Lebanon.
Ketegangan di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel meningkat dalam beberapa pekan terakhir, terutama setelah perang antara Hamas dan militer Israel pecah pada 7 Oktober 2023.
UNIFIL pada 15 Oktober 2023 membenarkan adanya serangan roket ke arah markas mereka di Naqoura. Markas Soedirman Camp, yang merupakan bagian dari Markas UNIFIL di Naqoura, merupakan satu dari beberapa lokasi jaga prajurit TNI di Lebanon.
Umumnya, Markas Soedirman Camp di Naqoura itu menjadi wilayah kerja prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Pendukung Markas/Force Headquarter Support Unit (FHQSU), Satgas Indo Force Protection Company (FPC), Satgas Koordinasi Sipil-Militer/Civilian Military Coordination (CIMIC) TNI, Satgas Military Community Outreach Unit (MCOU), dan Satgas Level 2 Hospital.
Kepala Bidang Penerangan Puspen TNI Kolonel Arm Suhendro Oktosatrio menyampaikan per hari ini (26/10) dari 1.229 prajurit TNI di Lebanon (Satgas TNI Kontingen Garuda UNIFIL 2023), di antaranya 850 personel tergabung dalam Satgas Batalyon Mekanis TNI (INDOBATT), 155 prajurit FHQSU XXVI-01, 39 prajurit di Sector East Military Police (SEMPU) XXV-O, sembilan prajurit Satgas Hospital (RS) Level 2, 18 prajurit di MCOU XXX-M, tujuh prajurit CIMIC XXXI-M, 11 prajurit sebagai military staff (MILSTAFF), dan 21 prajurit sebagai staff officer (SO).
Baca juga: Kemlu: Tak ada serangan ke Markas Kontingen Indonesia di Lebanon
UNIFIL dalam siaran resminya pada 15 Oktober 2023 menyatakan Pasukan Perdamaian PBB masih mencari asal roket tersebut dan tidak ada korban jiwa atau korban luka akibat serangan itu. UNIFIL masih mengamati eskalasi ketegangan dan baku tembak di sepanjang Blue Line, perbatasan antara Lebanon-Israel, serta meminta dua pihak gencatan senjata.
Kapuspen TNI menyebut jarak Markas UNIFIL ke titik panas — lokasi ketegangan — sekitar satu kilometer.
“Yang paling terdekat, tadi malam satu kilometer ledakannya,” kata Kapuspen TNI Julius Widjojono
Dia mengatakan sejauh ini prajurit TNI di Lebanon dalam keadaan aman. “Sampai hari ini masih dalam keadaan aman,” kata Julius.
Baca juga: UNIFIL minta semua tenang usai serangan roket dari Lebanon ke Israel
Baca juga: UNIFIL peringatkan eskalasi konflik di perbatasan Lebanon-Israel
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2023