...sekaligus memastikan pesta demokrasi tersebut akan berjalan lancar, aman serta bebas dari berbagai kecurangan."

Ambon (ANTARA News) - Sebagian warga di Kota Ambon, ibu kota provinsi Maluku memilih begadang untuk mengantisipasi kemungkinan adanya "serangan fajar" jelang Pilkada Maluku yang akan berlangsung Selasa pagi pukul 07.00 wit.

Pantauan ANTARA, Senin malam hingga Selasa (11/6) dinihari, sejumlah warga memilih begadang di sekitar pemukiman masing-masing maupun di posko-posko yang telah dibangun jelang masa kampanye berlangsung.

"Banyak isu yang beredar di masyarakat bahwa akan terjadi serangan fajar yang dilancarkan oknum-oknum tim sukses pasangan tertentu. Karena itu kami memilih begadang untuk mengamankan wilayah kami," ujar Ongen warga Kayu Putih.

Selain bedagang Ongen bersama puluhan pemuda juga memilih melakukan ronda keliling guna memastikan wilayah mereka dari berbagai kegiatan "menjaring massa" jelang pilkada berlangsung.

"Kami juga mengunjungi tempat pemungutan suara (TPS) untuk memantau aktivitas panitia yang sedang mempersiapkannya, sekaligus memastikan pesta demokrasi tersebut akan berjalan lancar, aman serta bebas dari berbagai kecurangan," katanya.

Sedangkan Yance warga Air Putri mengaku begadang bersama puluhan temannya pada posko yang dibangun di depan jalan menuju pemukiman mereka untuk mengantisipasi serangan fajar.

Mereka memilih begadang sambil bermain kartu di posko tersebut, serta melakukan ronda keliling lingkungan secara bergiliran, guna mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan.

"Prinsipnya kami ingin Pilkada Maluku berlangsung aman, tanpa ada intimidasi dan paksaan untuk memilih dan memenangkan pasangan tertentu," ujar Yance.

Yance dan teman-temannya telah bersepakat, jika ada oknum-oknum yang datang melakukan serangan fajar dengan membagi-bagikan uang atau kebutuhan pokok maka mereka akan menerima saja, tetapi ajakan untuk memilih pasangan Gubernur-Wakil Gubernur tertentu tidak akan diikuti.

"Salah sendiri siapa suruh mereka mau membagi-bagikan uang atau kebutuhan pokok. Pokoknya suara rakyat tidak bisa dibeli dan kami semua sudah memiliki pilihan sendiri," ujar warga lainnya.

Sedangkan seorang warga Karang Panjang, Jeane, mengaku sejak Senin (10/6) hingga malam hari telah menerima 10 pesan pendek (Short message service-SMS) dari nomor telepon genggam berbeda yang berisi ajakan untuk memilih pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur tertentu.

"Nomor-nomor teleponnya tidak terdaftar pada telepon genggam saya. Semuanya nomor baru wilayah Ambon," katanya.

Dia mengaku isi pesan pendek yang beredar tersebut sangat beragam, bahkan ada yang berisi imbauan mengarah pada suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Menurut Jeane maupun warga lainnya, isu serangan fajar maupun ajakan melalui pesan pendek, merupakan bentuk ketidak percaya diri pasangan dan tim suksesnya, terhadap upaya dan kinerja mereka menjaring simpati masyarakat pada Pilkada.

"Dengan cara-cara seperti ini berarti kami sudah bisa mengukur bahwa pasangan Cagub-Cawagub dan tim suksesnya merasa takut akan kalah," katanya.

Warga juga berharap para petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dapat bekerja optimal serta jujur saat pencoblosan berlangsung, sehingga hasil Pilkada Maluku dapat dipertanggung jawabkan.

"Kami juga tahu bahwa banyak petugas KPPS menjadi tim sukses untuk pasangan tertentu, tetapi harapan kami mereka jujur dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara. Jangan menghalalkan berbagai cara untuk memenangkan pasangan tertentu. Biarlah rakyat yang memilih sesuai hati nuraninya," ujar sejumlah warga lainnya. (*)

Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013