Kemampuan tanah menghasilkan etanol itu dua kali lebih besar dibandingkan dengan biodiesel

Jakarta (ANTARA) - ​​​​​​Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau Holding Perkebunan, Mohammad Abdul Gani mengatakan sumber energi terbarukan bioetanol yang berasal dari tanaman tebu lebih efisien dibandingkan biodiesel dari kelapa sawit.

"Di antara dua komoditas energi yang berbasis green yaitu biodiesel dan bioetanol itu sebenarnya yang paling efisien bioetanol," kata Gani dalam sesi diskusi di Gedung Kementerian BUMN Jakarta pada Kamis.

Sebagai perbandingan, jelas Gani, Indonesia memiliki luas lahan kelapa sawit 16 juta hektare dengan produktivitas rata-rata 3 ton per hektare.

Dari jumlah 3 ton kelapa sawit per hektare itu, lanjut Gani, bila diolah menjadi biodiesel hanya menghasilkan atau 2,5 kiloliter biodiesel. Sementara pada 1 hektare lahan tebu dapat menghasilkan 4,5 sampai 5 kiloliter etanol.

"Maknanya apa? Kemampuan tanah menghasilkan etanol itu dua kali lebih besar dibandingkan dengan biodiesel," ucapnya.

Oleh karena itu, menurut Gani, pemerintah sebaiknya menetapkan kembali peta jalan energi baru dan terbarukan Indonesia salah satunya dengan menggeser pemanfaatan biodiesel menjadi bioetanol.

Baca juga: Menteri ESDM sebut pemerintah terus galakkan pemanfaatan bioetanol

Baca juga: Peneliti BRIN: Optimalisasi bioetanol bisa kurangi kuota impor migas

"Menurut saya road map energi baru terbarukan Indonesia paling tepat adalah menggeser yang tadinya dari biodiesel ke etanol," ujarnya.

Dia juga mengusulkan pemanfaatan 2 juta hektare lahan konversi untuk ditanami tebu karena dapat menghasilkan 10 juta kiloliter etanol guna membantu memenuhi kebutuhan bahan bakar nasional.

"Kalau ada lahan baru apakah lahan konversi dari sawit ataupun dari karet rakyat yang kurang menguntungkan, dua juta hektare aja itu bisa menghasilkan 10 juta kiloliter," ujarnya.

Diketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pemerintah terus menggalakkan pemanfaatan bahan bakar bioetanol sebagai upaya meningkatkan ketahanan energi nasional.

Dia menerangkan pada November 2022, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program bioetanol dari tanaman tebu di Mojokerto, Jawa Timur.

"Kemudian, pencampuran bioetanol juga tengah dilaksanakan PT Pertamina (Persero) melalui campuran etanol lima persen dengan bensin RON 95 pada produk Pertamax Green 95 dan saat ini telah tersedia di beberapa SPBU di Surabaya dan Jakarta," ujarnya di Jakarta, Senin (9/10).

Untuk mendukung keberlanjutan mandatori bioetanol ke depan, lanjut Arifin, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel).

"Perpres tersebut didorong karena terbatasnya bahan baku tebu dan juga terbentur dengan masalah pangan, sehingga pemerintah mendorong pengembangan bahan bakar nabati berbasis potensi lokal dan akan menciptakan pasar baru bagi produk pertanian lokal," ucap Arifin.

Baca juga: Erick Thohir siap meluncurkan stasiun pengisian bioetanol di Surabaya

Baca juga: Ahli ungkap potensi batang sawit tua jadi sumber baru bioetanol

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023