Jakarta, 9 Juni 2013 (ANTARA) -- Tanggal 9 Juni telah ditetapkan sebagai The Coral Triangle Day di pertemuan tingkat menteri ke 3 negara-negara anggota CTI (Coral Triangle Initiative) di Kuala Lumpur pada tahun 2012 lalu. Usulan pemerintah Indonesia ini dinilai sangat strategis, karena melalui peringatan hari terumbu karang, menjadi momentum bagi peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan laut. Perayaan Coral Triangle Day tahun 2013 dilaksanakan serentak di 6 negara anggota CTI yakni Indonesia, Malaysia, Philippines, Papua New Guinea, Solomon Islands dan Timor Leste. “Pada hari ini kita memperingati Coral Triangle Day dengan tema "Bersama Selamatkan Kehidupan Laut melalui Gerakan Bersih Pantai dan Laut”. Melalui kesempatan ini, saya ingin meneguhkan kembali komitmen kita untuk terus aktif dan giat dalam melaksanakan program Coral Triangle sambil mendengarkan pesan-pesan yang mengingatkan kita akan pentingnya mengelola kawasan pesisir dan laut secara berkelanjutan,” Demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Sharif C. Sutardjo, ketika membuka acara Coral Triangle Day, di Mataram Lombok, Nusa Tenggara Barat, Minggu (09/06).
Sharif menjelaskan, perayaan The Coral Triangle Day dilakukan secara serentak di semua negara anggota CTI baik sebelum, selama dan sesudah tanggal 9 Juni yang sudah disepakati sebagai Hari Coral Triangle. Hingga hari ini, tercatat lebih dari 54 kegiatan beraneka ragam yang telah, sedang dan akan dilakukan di seluruh kawasan Segitiga Terumbu Karang guna merayakan Hari Coral Triangle. Semua kegiatan telah dilaporkan ke Sekretariat Regional CTI di Jakarta. Diantaranya, acara talk show di Cebu, Filipina, bersih-bersih pantai di Minahasa, Indonesia, Simposium energi yang diperbarukan berbasis laut di Putrajaya, Malaysia, pelepasan penyu di pantai Ela Beach, Port Moresby, PNG, pameran galeri CTI di Honiara, Solomon Islands serta lokakarya keanekaragaman hayati laut di Timor Leste. Khusus di Indonesia kegiatan The Coral Triangle Day dipusatkan di Mataram, Lombok Nusa Tenggara Barat. Tepatnya di pesisir barat Kota Mataram yang terbentang dari pantai Bintaro/Ampenan disebelah utara, hingga Loang Baloq Tanjung Karang disebelah selatan. "Pemilihan tempat ini, karena NTB dinilai merupakan daerah destinasi pariwisata dengan keindahan alamnya terutama kekayaan ekosistem terumbu karangnya. Selain itu, Mataram telah memiliki pengelolaan limbah yang terintegrasi yang dinamakan Bank Sampah Masyarakat (BSM) Mataram,” tandasnya.
Kawasan Coral Triangle (CT), lanjut Sharif, membentang seluas hampir 6 juta kilometer di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Kawasan tersebut memiliki biodiversitas tinggi, lebih dari 500 spesies terumbu karang, 3.000 spesies ikan, dan hutan mangrove yang luar biasa luasnya. Bila ditarik garis mengelilingi wilayah laut ini, maka seolah-olah kawasan tersebut berbentuk segitiga sehingga kawasan ini disebut sebagai kawasan segitiga karang (Coral Triangle Region). Namun sayangnya, kelestarian ekosistem kawasan coral triangle ini terancam kelestariannya. Diantaranya, karena bertambahnya antropogenik yang masuk ke dalam perairan akibat aktivitas manusia. Memahami permasalahan ini, negara- negara yang terletak di wilayah segitiga terumbu karang yaitu Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, Timor Leste, serta negara Amerika dan Australia merumuskan suatu inisiasi baru pengelolaan sumberdaya laut, yaitu Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF). “CTI-CFF merupakan kemitraan multilateral yang bertujuan untuk mengamankan sumberdaya laut dan pesisir di Kawasan Segitiga. Salah satu sasarannya adalah untuk menetapkan dan memfungsikan secara lengkap Sistem Kawasan Konservasi Perairan di Segitiga Terumbu Karang,” jelasnya.
Gerakan Bersih Pantai dan Laut
Sharif menjelaskan, satu rangkaian kegiatan Coral Triangle Day, KKP bekerja sama dengan Pemda NTB dan LSM serta berbagai elemen masyarakat mengadakan Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL) di pantai Ampenan, pantai Bintaro, dan Loang Balok/ Tanjung Karang. Kegiatan ini dilakukan guna mewujudkan lingkungan pantai dan laut yang bersih dan sehat guna menunjang kehidupan biota laut dan kelestariannya. Kegiatan ini didasari adanya kerusakan pesisir dan menurunnya keanekaragaman ekosistem laut yang diakibatkan pencemaran sampah. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat dan berbagai pihak akan pentingnya penanggulangan sampah untuk keberlangsungan kehidupan laut. “Program ini merupakan wujud
keseriusan pemerintah guna menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk lebih giat dalam aksi
pelestarian sumberdaya pesisir dan laut. Kegiatan ini juga meneguhkan kesiapan Indonesia untuk menjadi contoh dan motor dilakukannya kegiatan serupa di 5 negara anggota Coral Triangle Initiative lainnya,” jelasnya.
Ditambahkan, pada waktu yang sama, di Jakarta akan diselenggarakan Kampanye "Save Our Sharks" yang mengangkat isu perlindungan hiu di Indonesia. Kegiatan ini mengajak masyarakat untuk mengisi petisi online, sekaligus memberi edukasi mengenai pentingnya melindungi hiu untuk keberlanjutan sumber pangan dari sektor kelautan. Apalagi, kegiatan-kegiatan semacam ini dapat menggalang kesadaran masyarakat secara lebih efektif dan efisien dalam rangka menjaga dan melestarikan sumber daya perikanan dan kelautan di wilayah Coral Triangle yang juga menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat lokal. Rangkaian acara lainnya adalah penyadaran mitigasi bencana, penanaman vegetasi pantai, karnaval dengan melibatkan 100 perahu nelayan, kompetisi, dan parade seni “Melalui acara Coral Triangle Day ini saya berharap dapat menjadi momentum yang baik dari tindak nyata kita dalam pengelolaan sumberdaya alam kelautan yang efektif dan efisien serta berkelanjutan,” tegas Sharif.
Selain membuka acara Coral Triangle Day, MenKP Sharif C. Sutardjo juga mengadakan serangkaian kunjungan kerja di provinsi NTB. Diantaranya menyerahkan bantuan untuk berbagai program KKP di provinsi NTB, total senilai Rp. 34,9 miliar. Bantuan tersebut terutama untuk program PUGAR dari Ditjen KP3K senilai Rp.8,9 miliar di daerah Lombok Timur, Bima, Kota Bima, Sumbawa dan Lombok Barat. Dana bantuan juga ditujukan ke beberapa kabupaten/kota di NTB melalui Ditjen Perikanan Tangkap untuk program PUMP, Kartu Sehat, Kartu Nelayan dan Inka Mina, senilai Rp. 18,8 miliar. Sementara Ditjen Perikanan Budidaya memberi bantuan 65 paket budidaya perikanan per kelompok mendapat bantuan sebesar Rp 65 juta. Selain bantuan modal, MenKP melalui Badan SDM KP juga memberikan bantuan penyelenggaraan pendidikan dan dukungan penyuluhan, kegiatan kewirausahaan, pelatihan pengelolaan rumput laut, pelatihan ikan hias air tawar dan lain lain senilai Rp 2,28 miliar. Ditjen P2HP juga membantu masyarakat setempat dengan pelatihan pemasaran, pengelolaan sistem rantai dingin di pelabuhan perikanan serta pembangunan bangsal pengolahan hasil perikanan.
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013