Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memperkirakan laba bersih Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 2006 mencapai sekitar Rp45 triliun, melonjak dari proyeksi laba tahun 2005 sekitar Rp34,58 triliun. "Kenaikan laba didorong makin membaiknya pengelolaan BUMN, sehingga dapat mendorong naiknya kinerja sebagian besar perusahaan," kata Sekretaris Meneg BUMN Said Didu, kepada pers usai Rapat Kerja dengan Panitia Kerja (Panja) DPR Bidang Penerimaan BUMN, di Jakarta, Kamis. Menurut Said, pemerintah masih memiliki waktu sekitar lima bulan untuk terus mendorong kinerja perusahaan. Khusus BUMN sektor perbankan, katanya, peningkatan laba tahun 2006 dapat didorong jika rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) dapat segera diturunkan. Menurut Said, dari sekitar 140 BUMN, sebanyak 132 perusahaan telah menyampaikan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) 2006, sisanya delapan perusahaan belum menyampaikan RKAP. Pada tahun buku (audit) 2005, sebanyak 30 BUMN mencatat rugi usaha, namun pada 2006 sesuai RKAP yang disampaikan perusahaan, jumlah yang merugi diproyeksikan tinggal delapan perusahaan. Pada 2005, 10 perusahaan pencatat laba terbesar adalah PT Pertamina Rp16,46 triliun, PT Telkom Rp7,99 triliun, PT Bank BRI Rp3,8 triliun, PT Bank BNI Rp1,4 triliun, PT Semen Gresik Rp1,02 triliun. Selanjutnya, PT Pupuk Sriwijaya Rp848,7 miliar, PT Antam Rp841,94 miliar, PT Pelindo II Rp702,19 miliar, dan PT Jamsostek Rp629,62 miliar. Laba ke 10 perusahaan itu mencapai sekitar 80,75 persen dari total laba BUMN pada 2005. Sebaliknya, dari Rp6,35 triliun total kerugian BUMN pada 2005, sebanyak 96,23 persen dikontribusi 10 BUMN. Namun dari 10 BUMN rugi terbesar itu, beberapa di antaranya memproyeksikan mendapat keuntungan usaha pada 2006. PT PLN yang pada 2005 mencatat rugi Rp4,9 triliun, maka pada RKAP 2006 diproyeksikan mencatat laba menjadi Rp992,42 miliar. PT Danareksa yang rugi Rp182,34 miliar, pada 2006 diproyeksikan meraih laba Rp24,22 miliar, dan PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari rugi Rp74,87 miliar. Sedangkan PT Garuda yang mengalami rugi sebesar Rp560,61 miliar, dan PT Merpati Nusantara Airlines rugi Rp270 miliar pada 2005, belum diketahui apakah tetap merugi atau untung, karena hingga kini belum menyampaikan prognosa RKAP 2006.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006