Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan laboratorium kesehatan masyarakat (labkesmas) berperan penting dalam pemeriksaan pangan yang hendak diperjualbelikan oleh pelaku usaha tempat pengelolaan pangan (TPP) kepada masyarakat.

Ketua Tim Kerja Penyehatan Pangan Direktorat Penyehatan Lingkungan Kemenkes Cucu Cakrawati Kosim mengatakan, suatu daerah mesti memiliki laboratorium yang mumpuni, guna membantu pebisnis tata boga mendapatkan Sertifikat Laik Hygiene Sanitasi (SLHS).

"Artinya ketersediaan atau kapasitas yang ada di laboratorium di daerah itu sangat penting, sehingga para pelaku usaha TPP tidak kesulitan untuk memeriksakan pangannya di laboratorium setempat," ujarnya dalam acara Sosialisasi Jejaring Laboratorium Pangan disiarkan secara daring di Jakarta, Selasa.

Saat ini, Indonesia memiliki 10.790 laboratorium kesehatan yang tersebar di seluruh Tanah Air. Angka ini merupakan akumulasi laboratorium yang hanya berada di bawah koordinasi sektor kesehatan.

"Ini yang ada di bawah sektor kesehatan, belum nanti ada yang berkaitan dengan BPOM, Kementan, dan sebagainya," ujarnya.

Ia mengatakan dari total labkesmas, sebanyak 9.429 laboratorium sudah terakreditasi dengan rincian di level nasional 43 unit, level provinsi (78), kabupaten/kota (617), milik TNI Polri (110), serta laboratorium di puskesmas (8.581).

Berdasarkan data E-Monev Hygiene Sanitasi Pangan (HSP), jumlah TPP yang terdaftar 212.927 pelaku usaha, namun hanya sekitar 53,32 persen atau 113,538 TPP yang memenuhi syarat hygiene sanitasi pangan (Laik HSP).

Baca juga: Akreditasi laboratorium penting untuk layanan kesehatan berkualitas
Baca juga: Pemda NTT segera bangun laboratorium obat herbal
Baca juga: Kemenkes menata ulang laboratorium kesehatan di Indonesia

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023