Jakarta (ANTARA) - Majelis Pelayanan Sosial (MPS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan penurunan partisipasi sosial dalam berbagai kegiatan bermakna menjadi salah satu faktor kunci yang dapat memengaruhi kesehatan mental sekaligus memicu gangguan jiwa pada lansia.
"Jadi faktor kunci yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan lansia itu utamanya kesehatan fisik, kemiskinan, diskriminasi, hubungan sosial, serta partisipasi dalam kegiatan-kegiatan bermakna," kata Pegiat Kelanjutusiaan Muhammadiyah Senior Care Adhi Santika di Jakarta, Selasa. Muhammadiyah Senior Care bagian dari MPS PP Muhammadiyah.
Lansia yang bekerja atau aktif berpartisipasi dalam keseharian, kata dia, cenderung memiliki risiko yang lebih rendah mengalami gangguan kesehatan mental, seperti depresi dan demensia.
Oleh karena itu, ia menyarankan lansia perempuan untuk mengikuti komunitas sosial.
Baca juga: Pakar sebut relasi sosial penting tingkatkan kualitas hidup lansia
Survei yang dilakukan pada awal 2023 menemukan salah satu pemicu gangguan jiwa pada lansia adalah keterbatasan fisik akibat stroke, jatuh, atau patah tulang yang berakibat pada penurunan aktivitas sosial.
Selain itu, perubahan lingkungan, baik secara tempat seperti rumah, panti asuhan, rumah sakit, dan griya, maupun sosial, seperti berkurangnya teman sebaya juga menjadi pemicu yang lain.
Beberapa tanda gangguan jiwa pada lansia, antara lain penarikan diri, kehilangan minat, rasa lelah, hilang energi, perubahan pola tidur, disorientasi, sulit konsentrasi, dan penurunan nafsu makan.
Berdasarkan survei pada tahun yang sama, terdapat peningkatan gejala depresi dari usia 60-64 tahun menjadi 75-79 tahun.
Baca juga: Pakar: Kesehatan mental berpengaruh pada kualitas hidup lansia
Baca juga: IPADI sebut lingkungan ramah lansia penting untuk capai penuaan aktif
Baca juga: Menko PMK instruksikan penyediaan sekretariat bersama layanan lansia
Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023