Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penyaluran subsidi BBM semester I 2006 baru mencapai 8,7 persen dari total subsidi dalam APBN karena volume dan kurs rupiah turun, namun harga BBM naik. Hingga 30 Juni 2006, realisasi penyerahan subsidi BBM mencapai Rp4,740 triliun atau 8,7 persen dari target APBN 2006 Rp54,267 triliun. Jumlah itu juga turun 88,2 persen dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu, yaitu 35,22 triliun "Jadi kita lihat tentu realisasinya tergantung dari apakah konsumsi BBM memang rendah atau memang gara-gara rupiah menguat, yang jelas volume dan rupiah menguat, tapi harga BBM turun," kata Sri Mulyani di Gedung DPR Jakarta, Kamis. Dengan demikian, menurut Menkeu, ketiga faktor tersebut saling "cancelling out". Sementara itu, PT Pertamina Persero PERTAMINA menyatakan hingga saat ini belum menerima subsidi BBM 2006 dari pemerintah, meski sebelumnya dalam laporan realisasi keuangan semester I 2006 pemerintah menyatakan telah membayar subsidi BBM hingga Rp4,740 triliun. "Belum dibayar sama sekali. Untuk yang 2006," kata Wakil Dirut Pertamina Iin Arifin Takhyan. Dia mengatakan untuk subsidi BBM 2005 yang belum dibayar oleh pemerintah adalah sekitar Rp9 triliun lagi. "Tapi angka itu masih `dispute` mengenai neraca pembukuan yang belum diaudit. Yang sisa itu cuma 5 persen sesuai ketentuan. Rp9 triliun itu 5 persen dari total subdisi," katanya Menurutnya, total subsidi BBM untuk 2006 diperkirakan mencapai Rp62 triliun dengan asumsi harga minyak APBNP 62 dolar per barel.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006