Solusi yang kami tawarkan, di antaranya melalui pendekatan nilai-nilai kearifan lokal, pendekatan keserasian sosial, serta penguatan kohesivitas sosial antarwarga,"
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Sosial menawarkan tiga solusi untuk mengatasi konflik sosial yang masih terjadi di sejumlah daerah.
"Solusi yang kami tawarkan, di antaranya melalui pendekatan nilai-nilai kearifan lokal, pendekatan keserasian sosial, serta penguatan kohesivitas sosial antarwarga," kata Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat.
Program tersebut dikemas dalam kegiatan seperti musyawarah antarwarga, membuat fasilitas sosial dan fasilitas akses interaksi antarwarga, sarasehan antarwarga, serta gelar seni tradisional.
Untuk merealisasikan program tersebut, Kemensos menganggarkan Rp109 juta dan disesuaikan pilihan kegiatan.
Saat ini, program dilaksanakan di 33 provinsi, didukung tenaga-tenaga perdamaian terlatih. Melalui pola pendekatan tersebut, warga disentuh berbagai kegiatan dengan mengajukan usulan yang selanjutnya diverifikasi kelayakannya, termasuk uji petik di lokasi sasaran.
"Ketiga solusi tersebut, menjadi sistem peringatan dini terhadap gejala-gejala konflik sosial yang mengganggu kohesivitas sosial warga," tambahnya.
Kemensos bertugas mendukung upaya pencegahan konflik sosial, penghentian kekerasan dan pemulihan pasca-konflik melalui program kesejahteraan sosial.
Pendekatan kesejaheraan sosial, dipandang solusi cerdas dan lebih humanis dalam penanganan konflik. Pencegahan potensi konflik, peran pemerintah dan masyarakat sangat menentukan perdamaian.
Selain itu, pola penanganan konflik sosial bisa melalui basis komunitas yang dikenal dengan keserasian sosial, kearifan lokal serta pelopor perdamaian.
Di beberapa wilayah di Indonesia saat ini masih terjadi konflik sosial, baik berskala kecil maupun besar.
Kondisi pembangunan yang belum merata dimanfaatkan pihak tidak bertanggung jawab untuk kepentingan politik dan kelompok tertentu yang kadang dibumbui sentimen suku, agama, ras dan antargolongan (Sara), sehingga menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Menurut Mensos, keragaman, sejatinya menjadi modal sosial bagi Indonesia membangun peradaban dunia yang damai dan santun.
Untuk itu Mensos mengajak semua elemen masyarakat menghentikan konflik dan bergandengan tangan mengawal proses demokratisasi yang berlangsung di negeri ini. Sebab, di balik euforia demokrasi, terdapat potensi perpecahan yang sangat terbuka lebar.
(D016/Z002)
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013