Dulu bertani itu identik dengan berlumpur, tapi sekarang kita harus melibatkan generasi muda dengan pendekatan baru.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyebutkan bahwa transformasi pertanian dapat menjawab tantangan regenerasi petani yang menjadi ancaman sektor agrikultur.
Oleh karena itu, ia mengajak anak muda untuk melakukan transformasi pertanian dengan melibatkan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi mumpuni sebagai pendekatan baru.
"Dulu bertani itu identik dengan berlumpur, tapi sekarang kita harus melibatkan generasi muda dengan pendekatan baru. Mereka punya konsep yaitu dengan pendekatan teknologi, seperti IoT dan AI yang dikembangkan menjadi cara bertani di masa depan," kata Moeldoko dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Senin.
Moeldoko mengatakan bahwa selain regenerasi petani, bertambahnya populasi dan sempitnya lahan menjadi tantangan persoalan pertanian dari waktu ke waktu.
Dalam menghadapi permasalahan tersebut, paradigma baru perlu dilakukan dalam pengelolaan lahan yang lebih modern, salah satunya dilakukan dengan pengembangan "smart meta farming".
Menurut dia, pembaharuan ini membuat anak muda tertarik, bahkan bisa melampaui batas-batas pertanian tradisional.
Moeldoko yang juga Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mendukung Gerakan Maju Tani untuk mewadahi generasi muda yang tertarik dengan pengembangan pertanian.
Melalui gerakan itu, anak muda dapat melakukan konsep pertanian pintar (smart farming) atau bercocok tanam dengan mengandalkan teknologi canggih.
Moeldoko menilai keterlibatan anak muda dalam melakukan riset dan inovasi pada sektor agrikultur merupakan modal untuk mengubah krisis pangan menjadi peluang-peluang kemajuan baru bagi Indonesia.
Salah satu inovasi pertanian Indonesia adalah terus mengembangkan benih padi MD 70 guna mendukung produksi beras. Benih padi MD 70 ini memungkinkan panen beras hanya dalam 70 hari, lebih singkat jika dibandingkan dengan benih biasa yang memerlukan waktu 110 hari. Produktivitasnya pun mencapai 9 ton beras per hektare.
"Saya kolaborasikan mereka dengan petani dari generasi X dan 'baby boomer', sehingga ada pertukaran antara 'wisdom' dan 'technology'. 'Wisdom' dari petani tradisional, teknologi dari anak muda, yang kalau dikolaborasikan akan menjadi hal yang luar biasa," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Moeldoko turut menyebutkan bahwa Gerakan Maju Tani ini, tidak hanya berhenti pada inovasi teknologi. Sosialisasi akan terus dilakukan langsung kepada masyarakat di lapangan.
Baca juga: Kementan: Kalbar harus siap hadapi transformasi pertanian dampak IKN
Baca juga: Mentan: hilirisasi perkebunan sebagai transformasi ekonomi petani Bandung
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023