Jakarta (ANTARA) - Tobatenun siap memperkenalkan desain perpaduan busana tradisional dan kontemporernya yang diberi tema "Masa Rani" ke dalam gelaran Jakarta Fashion Week 2024 yang akan berlangsung pekan ini.

Pendiri dan CEO Tobatenun Kerri na Basaria mengatakan sebagai keikutsertaan pertama kalinya dalam ajang fashion besar kali ini, Tobatenun ingin mendobrak batas seni tradisional dan kontemporer yang seringkali terkotak-kotakkan.

"Menurut saya ini perkenalan yang bagus tidak sebagai jualan kain tapi juga berkompetisi dengan desain yang kreatif dan membawa lebih ke ranah tradisionalnya. Karena kadang seni tradisional dan kontemporer ada batas jadi kita ingin breaking barier," kata Kerri dalam jumpa media di Jakarta, Senin.

Dalam pamerannya di JFW 2024, Tobatenun akan mengenalkan desain "Masa Rani" yang terinspirasi dari masa panen di tanah Karo, Sumatera Utara dan rumah adat Karo Siwalu Jabu.

Baca juga: Tobatenun-Jabu Borna hadirkan resort wear dengan pewarnaan alam
Koleksi Tobatenun "Masa Rani" yang akan ditampilkan di Jakarta Fashion Week 2024, Jakarta, Senin (23/10/2024) (ANTARA/Fitra Ashari)

Tobatenun juga mencoba merevitalisasi kain tradisional Karo yaitu Uis, Beka Buluh dan Jungkit Siwa sebagai motif yang akan digunakan pada desainnya kali ini.

"Motif kain beka buluh mengambil teknik sulamnya dan teknik salur dan itu yang kita kembangkan dan disederhanakan karena salur universal dan modern jadi kita memperlihatkan bahwa motif garis-garis model tradisional bisa di mix dengan modern," jelas Kerri.

Uis Nipes yang direvitalisasi oleh Tobatenun biasanya dipakai sebagai bawahan pengantin wanita Karo, dan sebagai selendang pada acara penting.

Kain ini juga dipercaya secara tradisional harus memiliki warna merah, namun Tobatenun membuatnya agar bisa dipakai saat acara formal maupun santai dengan memakai warna Sunkiss Coral yang lebih memperlihatkan warna ungu dan kuning.

Sementara kain beka buluh biasanya dipakai di pundak untuk laki-laki dan kain jungkit siwa dipakai sebagai selendang. Ketiga kain ini ukurannya yang lebih pendek dari kain ulos biasa.

Material alam dan pewarna dari alam juga digunakan Tobatenun dalam koleksi "Masa Rani" kali ini, sebagai wujud perhatiannya pada fesyen berkelanjutan.

Baca juga: Tobatenun dan BRI Prioritas gelar forum menuju W20 Summit
Pewarna alami untuk koleksi Tobatenun "Masa Rani" Jakarta, Senin (23/10/2024) (ANTARA/Fitra Ashari)

Untuk pewarnaan, Tobatenun menggunakan kayu secang untuk hasil warna merah dan sunkiss coral, kulit kayu tingi untuk hitam yang biasa dipakai pada kain uis tradisional.

Selain itu mereka juga menggunakan kulit buah jolawe untuk hasil warna kuning dan hitam, dan kayu mahoni untuk warna orange coklat hitam.

Untuk limbah air, Tobatenun juga melakukan tiga kali filtrasi agar air pembuangan tidak merusak tanah warga sekitar.

"Kalau bahan kita banyak termasuk bahan-bahan limbah di sana dan kita kerja sama dengan komunitas petani dan orang lokal di sana untuk mendapatkan bahan tersebut, untuk bahan yang tidak ada di sana, banyak bahan juga dapat dari pulau Jawa," kata Kerri.

Pada ajang JFW kali ini, Tobatenun akan memamerkan 16 tampilan ready to wear untuk pria dan wanita mulai dari atasan, bawahan hingga luaran. Warna yang dipakai akan didominasi sunkiss coral, salmon dan kehijauan dengan potongan yang santai dan fitted untuk formal dan nonformal.

Baca juga: Tobatenun gelar pameran Tenun Batak di Adiwastra 2022
Pendiri dan CEO Tobatenun Kerri na Basaria menjelaskan moodboard inspirasi "Masa Rani", Jakarta, Senin (23/10/2023) (ANTARA/Fitra Ashari)

Aksesori bandana dan tas bahan rajut akan melengkapi tampilan busana perpaduan modern dan tradisional ini, yang menggambarkan suka cita musim panen warga tanah Karo.

Melalui ajang JFW ini Kerri berharap hasil karya masyarakat Sumatera Utara semakin dikenal dan dapat diterima di ruang fesyen kontemporer.

Baca juga: Cara Tobatenun lestarikan ulos dengan metode berkelanjutan

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023