kami sepakat bahwa akan ada dialog yang berlangsung dan terus-menerus pada tingkat tinggi
Antigua, Guatemala (ANTARA News) - Amerika Serikat dan Venezuela pada Rabu, sepakat akan berusaha memperbaiki hubungan kedua negara, yang berada dalam kerapuhan selama lebih dari dua tahun, mulai saat Venezuela dipimpin Hugo Chavez.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry mengatakan kedua negara sepakat bahwa "kami menginginkan negara-negara kami untuk menemukan cara baru ke depan, membangun hubungan yang lebih positif".
Ia mengatakan hal itu setelah melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Venezuela, Menteri Luar Negeri Elias Jaua, di sela-sela pertemuan Organisasi Negara Amerika di Guatemala, seperti yang dilaporkan AFP.
"Hari ini kami sepakat bahwa akan ada dialog yang berlangsung dan terus-menerus pada tingkat tinggi, antara Departemen Luar Negeri (Amerika Serikat) dan Kementerian Luar Negeri (Venezuela), untuk berusaha menentukan agenda, memulai pertukaran dialog antara kedua negara dan pada akhirnya mengarah pada pencalonan duta besar baru," kata Kerry kepada para wartawan.
Caracas dan Washington telah menjalankan kedutaan di negara satu sama lain tanpa menempatkan pejabat setingkat duta besar sejak adanya perselisihan diplomatik tahun 2010.
Washington telah berkali-kali berupaya menawarkan perdamaian kepada Caracas, bahkan sebelum Hugo Chavez meninggal dunia pada awal Maret --karena penyakit kanker.
AS juga telah sekian lama berharap bahwa masa setelah berakhirnya kepemimpinan Chavez akan membuka era baru dalam hal hubungan kedua negara, kendati tanda-tanda awal dari presiden baru pengganti Chavez, Nicolas Maduro, tidak bagus.
Pada hari-hari menjelang meninggalnya Chavez, Maduro menuding AS menjangkiti Chavez dengan penyakit kanker, dan menuduh AS membuat rencana untuk membunuhnya.
Kerry menggambarkan pembicaraannya dengan Jaua sebagai pertemuan yang "sangat, sangat positif. Kami sekarang menuju proses untuk membuat agenda spesifik."
Seorang pejabat AS mengatakan Venezuela sebelumnya telah meminta diadakannya pertemuan itu di kota bersejarah Guatemala, Antigua, dan ketika keduanya berjabatan tangan, Kerry tersenyum serta berkata kepada Jaua: "Kita sudah lama tidak melakukan ini."
"Bagus kita bisa melakukannya," timpal Jaua.
Washington belum mengakui kemenangan Maduro dalam pemilihan presiden yang kontroversial April lalu.
Dalam pemilihan itu, Maduro menang tipis, sementara saingannya, Henrique Capriles, juga masih belum mau memberikan pengakuan atas kemenangan Maduro.
Maduro mengatakan pada Selasa di Caracas bahwa Jaua akan "secara langsung menyampaikan kepada pemerintahan Presiden (Barack) Obama pandangan pemerintah Venezuela menyangkut bagaimana seharusnya hubungan antara kedua pemerintahan berlangsung."
"Perbedaan-perbedaan" antara kedua negara bisa "dibicarakan," namun "harus ada sikap menghargai dalam hubungan tersebut," tambahnya.
Pembicaraan itu berlangsung di saat Venezuela menyatakan bahwa pihaknya telah mengusir seorang produser film Amerika Serikat yang mengklaim bahwa ia akan membuat film dokumenter namun oleh pihak berwenang Venezuela dituding telah melakukan kegiatan mata-mata.
Timothy Tracy ditangkap pada April lalu di bandar udara ketika ia berupaya meninggalkan Venezuela.
Di negara tersebut, menurut Tracy, ia sedang menggarap film yang berkaitan dengan pemungutan suara untuk memilih pengganti Chavez.
Caracas bersikeras bahwa warga Amerika itu adalah seorang mata-mata yang berniat mengacaukan Venezuela serta membangkitkan kekerasan dalam protes anti-pemerintah di jalanan, yang pecah setelah pemungutan suara.
Amerika Serikat telah membantah tuduhan itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki membenarkan bahwa Tracy telah dibebaskan.
"Kami merasa senang bahwa ia akan berkumpul kembali, tentunya, dengan keluarganya."
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013