Jakarta (ANTARA) - Bagaimana cara menjaring para pembeli potensial dari luar negeri? Bila pertanyaan tersebut sempat terlintas dalam benak para pelaku industri kecil dan menengah, maka Trade Expo Indonesia atau TEI dapat menjadi jawaban yang tepat.

Hal itu dibuktikan oleh Kementerian Perdagangan yang berhasil mencatat nilai kontrak dagang sebesar 625 juta dolar AS atau sekitar Rp9,3 triliun pada hari kedua pelaksanaan pameran Trade Expo Indonesia (TEI) 2023.

Sebuah angka fantastis dan angin segar bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Selain itu, pencapaian tersebut juga menjadi bukti nyata bahwa para pelaku IKM memiliki potensi untuk melebarkan sayap ke kancah perdagangan internasional.

Trade Expo Indonesia menjadi momentum bagi para pelaku IKM untuk memperluas pasar, yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan perusahaan mereka.

Dalam menyelenggarakan Trade Expo Indonesia, Kementerian Perdagangan juga menuai berbagai dukungan dari kementerian dan lembaga lain, salah satunya adalah Kementerian Perindustrian.

Bahkan, para pelaku IKM di bawah binaan Kementerian Perindustrian turut menjadi peserta dalam Trade Expo Indonesia 2023. Sebanyak 30 IKM binaan Kementerian Perindustrian berpartisipasi di booth kategori makanan dan minuman.

Hanya para pelaku IKM yang telah melalui proses kurasilah yang berhasil menjadi peserta dalam Trade Expo Indonesia 2023.


Kurasi IKM

Kementerian Perindustrian telah mempersiapkan diri selama tiga bulan untuk penyelenggaraan ajang tersebut. Persiapan tersebut meliputi pendataan para pelaku IKM yang menjadi binaan Kementerian Perindustrian, melakukan kurasi, menghubungi IKM yang telah terkurasi untuk meminta data guna memenuhi persyaratan sebagai peserta TEI, dan kembali melakukan seleksi apabila terdapat IKM yang tidak memenuhi persyaratan sebagai peserta TEI.

Dari sekitar 40 pelaku IKM yang mengikuti tahapan kurasi untuk kategori makanan dan minuman, Kementerian Perindustrian memilih 30 IKM untuk menjadi peserta TEI. Para pelaku IKM terpilih harus memiliki sertifikat Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang menjadi syarat untuk mengikuti TEI, sekaligus yang menjadi syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan ekspor. Selain itu, sebagian besar dari para pelaku IKM terpilih sudah lolos dari kegiatan Indonesia Food Innovation atau IFI.

Kegiatan tersebut merupakan besutan Kementerian Perindustrian yang bertujuan untuk menjaring para pelaku IKM di bidang makanan dan minuman.

Para pelaku IKM yang terpilih untuk menjadi peserta dalam TEI 2023 berasal dari berbagai daerah, seperti Aceh, Bali, Sumatera, Jawa, hingga Kalimantan. Kementerian Perindustrian memberikan fasilitas berupa sewa lahan dan konstruksi stan.

Selain itu, Kementerian Perindustrian juga menyediakan dealing seat bagi para pelaku IKM yang sudah berhasil menarik pembeli potensial untuk berdiskusi dan bernegosiasi lebih lanjut.

Terkait dengan dekorasi pajangan dan produk-produk yang ditampilkan guna menarik para pembeli potensial merupakan kreativitas dari masing-masing peserta IKM.

Karena itu para pelaku IKM dapat memanfaatkan kesempatan berpartisipasi di TEI untuk menjalin kesepakatan kerja sama dengan para investor, distributor, maupun para pembeli potensial lainnya, terlebih dengan keberadaan tim temu bisnis atau business matching.


Temu bisnis

Kementerian Perindustrian menargetkan 150 pertemuan bisnis per hari dari 30 pelaku IKM binaannya yang berpartisipasi di kategori makanan dan minuman.

Dengan demikian, setidaknya terjadi 450 pertemuan bisnis selama tiga hari pameran ini berlangsung.

Dalam rangka memenuhi target pertemuan bisnis tersebut, Kemenperin sudah bersurat kepada sekitar 20 atase perdagangan dari negara-negara yang berpotensi menjadi pembeli. Selain itu, Kemenperin juga mengirimkan surat kepada para investor dan distributor, baik yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.

Masing-masing IKM memiliki karakteristik dan target pasar masing-masing. Oleh karena itu, para pelaku IKM yang menjadi peserta di TEI juga telah menghubungi para calon pembeli dan membuat kesepakatan untuk bertemu di acara pameran tersebut.

Kemenperin pun mengantisipasi kendala bahasa yang mungkin saja terjadi selama proses negosiasi maupun diskusi di dealing seat. Ia menyediakan sebanyak dua orang penerjemah yang akan mendampingi para pelaku IKM di dealing seat apabila dibutuhkan. Bantuan tersebut sudah disediakan sejak hari pertama.

Selanjutnya, finalisasi kesepakatan biasanya terjadi satu hingga tiga pekan sejak pertemuan para pelaku IKM dengan calon pembeli di TEI. Sebab, durasi pameran yang hanya berlangsung selama lima hari tidaklah cukup bagi sejumlah para pelaku IKM dan calon pembeli untuk menciptakan kesepakatan.

Terkecuali, bagi IKM yang sudah berkomunikasi dengan calon pembelinya dan bertemu di TEI untuk menyepakati kerja sama bisnis mereka.

Dalam kesempatan tersebut, ada keunikan salah satu IKM yang mengolah sagu untuk menjadi beras dari Papua. IKM ini memperoleh penghargaan IFI 2022, yakni Best Intermediate Product Category.

Sejak memperoleh penghargaan, usaha dari Papua tersebut memperoleh binaan dari Kemenperin untuk mendapatkan sertifikasi HACCP.

Bisnis yang dilakoni juga sudah dinyatakan siap ekspor dengan produksi beras olahan sagu yang bisa mencapai 20 ton per bulan. Diharapkan, mulai memasuki pasar ekspor setelah berpartisipasi di TEI 2023.

Pemilik usaha itu mengaku merasa sangat terbantu dengan adanya kegiatan TEI. TEI merupakan ajang yang sangat strategis bagi bisnisnya.

Melalui TEI, usaha beras dari sagu itu mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan para pemilik bisnis yang menjadi calon pembelinya secara langsung, bukan sekadar bertemu dengan tim pemasaran.

Dalam dua hari pameran berlangsung, perusahaan itu sudah berjumpa dengan calon pembeli yang berasal dari berbagai negara, seperti Korea Selatan, Irak, India, dan Kanada.

Usaha itu juga sudah berkomunikasi dengan tiga calon pembeli lainnya untuk bertemu di TEI, salah satu dari tiga calon pembelinya berasal dari Bahrain, sebuah negara yang berasal dari Timur Tengah.

Trade Expo Indonesia menjadi salah satu acara ternama bagi para pelaku IKM yang ingin membentangkan sayap dan menjangkau pasar global.

Pemerintah pun, tidak terbatas pada Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Perdagangan, memberi dukungan penuh kepada para pelaku IKM untuk mengenalkan produk-produk dalam negeri kepada para calon pembeli yang berasal dari berbagai penjuru dunia.

Dukungan tersebut bertujuan untuk memajukan produk dalam negeri dan meningkatkan perekonomian nasional.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023