Aden (ANTARA News) - Sejumlah orang tewas Rabu ketika pasukan Yaman melancarkan ofensif di sebuah kota wilayah timur dengan sasaran gerilyawan terkait Al Qaida yang telah menyatakan akan mendirikan negara Islam di sana, kata beberapa pejabat dan warga.
Satu sumber militer Yaman mengatakan bahwa tiga prajurit, termasuk komandan pasukan, dan sedikitnya tujuh militan tewas dalam bentrokan di Ghail Bawazeer, sebelah utara al-Mukalla, ibu kota provinsi Hadramout, lapor Reuters.
Namun, Kementerian Pertahanan Yaman mengatakan, hanya satu aparat tewas dan lima prajurit cedera dalam bentrokan itu, dimana pasukan didukung oleh tank dan helikopter.
Menurut kementerian itu, tujuh militan tewas dan beberapa lain cedera.
Penduduk mengatakan, satu warga sipil yang naik bus yang terperangkap dalam bentrokan itu tewas dan sedikitnya dua orng lain cedera.
Militan di Hadramout membagikan selebaran di Ghail Bawazeer, kota terbesar keempat di provinsi itu, yang mengatakan bahwa mereka berencana mendeklarasikan sebuah negara emirat Islam di sana.
Militan Al Qaida memperkuat keberadaan mereka di wilayah selatan, dengan memanfaatkan melemahnya pemerintah pusat akibat pemberontakan anti-pemerintah yang meletus pada Januari 2011.
Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan pada Mei 2011 berhasil menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.
Yaman adalah negara leluhur almarhum pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.
Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).
AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.
Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali Abdullah Saleh pada Februari 2012 menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya, Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013