Jakarta (ANTARA) - Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tatang Muttaqin menilai film bisa menjadi medium untuk meningkatkan kecintaan anak sekolah terhadap sains.

"Medium film akan membuat para siswa terinspirasi, bahkan dalam batas-batas tertentu bisa melahirkan imajinasi yang lebih tinggi. Saya kira film menjadi medium penting untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, dan kecintaan terhadap sains. Hal ini sangat relevan dengan fokus Indonesia dalam meningkatkan sains di kalangan siswa," kata Tatang saat sesi diskusi di kantor Kemendikbudristek Jakarta, Sabtu.

Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Tatang Muttaqin saat sesi diskusi jelang pembukaan Science Film Festival Indonesia 2023 di kantor Kemendikbudristek Jakarta, Sabtu (21/10/2023). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Tatang menambahkan bahwa sangat penting bagi generasi muda untuk mengetahui dan menguasai sains bagi keberlangsungan lingkungan. Dia berharap Science Film Festival 2023, yang digagas Goethe-Institut, tidak hanya menyuguhkan film yang berkualitas dan menginspirasi imajinasi tentang sains, namun, juga bisa membuka pemikiran generasi muda bahwa sains bersifat menyenangkan.

"Tema yang diangkat kali ini tidak hanya merefleksikan panggilan untuk bertindak, namun, juga menggambarkan tekad bersama dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan lestari bagi generasi mendatang," kata Tatang.

Dia melanjutkan bahwa kemampuan paling penting yang diharapkan tumbuh dari para siswa adalah memahami sains yang berhubungan dengan kehidupan, terutama dengan masa depan mereka. Generasi muda utamanya para siswa, Tatang melanjutkan, tidak hanya akan terilhami dari beragam film dan budaya yang ada di festival film sains kali ini, namun, juga diharapkan bisa memberikan efek bergulir ke teman-teman di daerah-daerah lain.

"Meski festival ini hanya bertandang ke 70 kota, namun, Milenial dan Gen Z yang menjadi komponen generasi terbanyak, tergolong paling aktif di media sosial. Sehingga dengan akses internet yang makin baik, daerah-daerah lain juga akan tertarik melihat film-film yang ada di festival ini," kata dia.

(kiri ke kanan): Kepala Kantor Urusan Internasional Unika Atma Jaya Adre Zaif Rachman, Wakil Rektor UNJ Bidang Akademik Ifan Iskandar, Rektor Universitas Paramadina Didik J. Rachbini, Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Stefan Dreyer, Staf Ahli Menteri bidang Manajemen Talenta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tatang Muttaqin, Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste Ina Lepel, Presiden Rolls-Royce untuk Asia Tenggara, Pasifik, dan Korea Selatan Bicky Bhangu, dan Ketua Departemen Hubungan Internasional PB PGRI Fransiska Susilawati usai sesi diskusi jelang pembukaan Science Film Festival Indonesia 2023 di kantor Kemendikbudristek Jakarta, Sabtu (21/10/2023). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Festival film tersebut digelar secara hibrida, menjangkau siswa-siswi SD sampai SMA di 70 kabupaten/kota untuk mengeksplorasi pentingnya perlindungan dan restorasi ekosistem melalui pemutaran film-film internasional. Tidak hanya pemutaran film, acara itu juga diisi eksperimen sains di sejumlah sekolah yang berpartisipasi.

Sejumlah pusat sains di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, serta Pontianak juga turut berpartisipasi menggelar pemutaran dan eksperimen sains secara luring.

Baca juga: Ratusan siswa ramaikan pembukaan Science Film Festival 2023

Baca juga: Generasi muda berpotensi jadi agen restorasi ekosistem berkelanjutan

Baca juga: Komite FFI 2023 umumkan 22 judul yang masuk nominasi Piala FFI 2023

Baca juga: Film Indonesia diputar dalam festival Sayama de Cinema di Jepang

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023