Jakarta (ANTARA) - Lebih dari dua ratusan siswa yang berasal dari sekolah di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi meramaikan sesi pembukaan Science Film Festival 2023 untuk menyaksikan pemutaran dua film sekaligus mengikuti sesi eksperimen sains.

"Sepuluh menit lalu sebelum berdiri di sini, saya sempat berbincang santai dengan sejumlah anak-anak yang ingin tahu mengenai hal-hal apa saja yang saya sukai dari Indonesia, apa yang ada di Jerman, dan banyak hal lain yang mereka tanyakan. Mereka keren sekali dan saya sangat bangga bahwa anak-anak Indonesia menyukai sains," ujar Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr. Stefan Dreyer saat menyampaikan sambutan pada pembukaan festival di Plaza Insan Berprestasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Jakarta, Sabtu.

Dua film yang menjadi pembuka ajang Science Film Festival 2023 bertajuk "Sang Penerang Desa" dan "Checker Tobi: The Waste Check". Film pertama bercerita tentang pengalaman sosok bernama Puni yang tinggal di desa dan menemukan inspirasi untuk membawa perubahan di desa-desa Indonesia dengan membangun pembangkit listrik tenaga mikro-hidro.

Sedangkan film kedua merupakan dokumenter asal Jerman yang mengajak penonton untuk melihat bagaimana sampah kemasan berbahan plastik dapat diolah menjadi sesuatu yang baru.

Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr. Stefan Dreyer menyampaikan sambutan pada pembukaan Science Film Festival di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbudristek Jakarta, Sabtu (21/10/2023). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Dreyer berharap Science Film Festival di Indonesia akan selalu hadir untuk memperkaya wawasan dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap sains, sekaligus menumbuhkan rasa kepedulian mereka terhadap restorasi ekosistem lingkungan secara berkelanjutan.

"Kami percaya bahwa sains dapat menjadi hal yang menyenangkan. Dengan menghadirkan film dari seluruh dunia tentang topik-topik ilmiah untuk penonton muda, kami berharap dapat menumbuhkan kreativitas serta semangat anak dan pemuda di seluruh Indonesia serta Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika untuk bereksplorasi dan mencintai sains," ujar Dreyer.

Pada momentum pembukaan Science Film Festival kali ini, sebanyak sembilan orang siswa juga turut berpartisipasi dalam sebuah eksperimen sains sederhana bernama "Gas Karbondioksida". Dalam eksperimen tersebut, para siswa menerima tantangan untuk meniup balon serta memadamkan api dengan menggunakan gas karbondioksida hanya dengan menggunakan asam cuka dan baking soda.

Sebanyak 9 orang siswa berpartisipasi dalam sebuah eksperimen sains sederhana bernama "Gas Karbondioksida" pada sesi pembukaan Science Film Festival di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbudristek Jakarta, Sabtu (21/10/2023). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Sejak diluncurkan di Thailand pada tahun 2005, Science Film Festival konsisten mempromosikan literasi sains kepada pemuda di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah melalui komunikasi berbasis pengetahuan yang menghibur. Science Film Festival diperkenalkan dan diadakan di Indonesia pada tahun 2010 seiring dengan upaya ekspansi regional festival pada masa itu.

Dalam perjalanan waktu, festival itu telah mengukuhkan diri sebagai yang terbesar di dunia untuk jenisnya, dengan sekitar 700.000 penonton di lebih dari 20 negara selama edisi tahun 2022, termasuk 66.533 penonton di Indonesia. Festival tahun ini diselenggarakan secara internasional di 21 negara sejak 1 Oktober sampai 20 Desember.

Tahun ini di Indonesia, festival yang diinisiasi Goethe-Institut tersebut digelar secara hibrida mulai 21 Oktober hingga 30 November 2023 dengan memutarkan sebanyak 18 film dari 12 negara yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Brazil, Chile, Indonesia, Inggris, Jerman, Kazakhstan, Kolombia, Tanzania, dan Thailand.

Ratusan siswa dari sekolah di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi menyaksikan film "Sang Penerang Desa" pada sesi pembukaan Science Film Festival di Plaza Insan Berprestasi Kemendikbudristek Jakarta, Sabtu (21/10/2023). (ANTARA/Ahmad Faishal)

Film-film yang sudah dikurasi untuk Science Film Festival dijadwalkan diputar bergantian secara luring di sekolah-sekolah di Jabodetabek, Blitar, Surabaya, Belitung Timur, dan Medan yang diikuti eksperimen sains. Sejumlah pusat sains di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, serta Pontianak juga turut berpartisipasi menggelar pemutaran dan eksperimen sains secara luring.

Sementara itu, pemutaran film dan demonstrasi eksperimen sains akan berlangsung secara daring via platform Zoom bagi siswa-siswi di kota-kota selain yang disebutkan di atas, antara lain Aceh, Arguni, Bintuni, Dolok Sanggul, Flores Timur, Jayapura, Kefamenanu, Pematang Siantar, Sidikalang, Sumbawa, Tobelo, dan Waikabubak.

Baca juga: Generasi muda berpotensi jadi agen restorasi ekosistem berkelanjutan

Baca juga: Goethe-Institut dukung ekosistem pengelolaan sumber daya lewat SFF

Baca juga: Festival film JWCW 2023 siap digelar "online" dan "offline" November

Baca juga: Kenduri Serumpun Melayu Film Festival usung pertalian erat antarnegara

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023